Berita Lampung - Fakta Warga Mesuji Diberondong Peluru Brimob ; Sejumlah warga Desa Sritanjung, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Mesuji, Lampung, mengaku diberondong aparat Brimob (polisi) dalam konflik lahan sawit dengan PT Barat Selatan Makmur Investindo.
Pengakuan ini disampaikan sejumlah warga Sritanjung yang menjadi saksi dalam peristiwa berdarah bentrokan warga Tanjung Raya dengan aparat keamanan PT Barat Selatan Makmur Investindo (BSMI), 10 November silam.
"Saya waktu itu naik motor dengan kawan mau ke pabrik. Lalu, dari jauh ada petugas. Tiba-tiba, petugas (polisi) itu menembaki kami tanpa sebab. Saya kaget dan langsung lari, kaki saya tertembak. Panik, sampai-sampai saya tidak tahu nasib kawan," ujar Herun Sandiadi (18), warga Kagungan Dalam, yang menjadi korban penembakan membabi buta aparat kepolisian, 10 November silam.
Dalam kejadian itu, satu warga, Zaelani, yang adalah tetangga Herun tewas tertembak di kepala. Enam lainnya, termasuk dia, luka-luka.
Dalam peristiwa ini, hampir semua warga menyaksikan beberapa anggota Brimob Kepolisian Negara RI menembaki warga dengan membabi buta memakai peluru karet dan peluru tajam.
"Tanpa ada peringatan sama sekali. Warga yang datang ke kantor untuk menanyakan nasib Hendri (warga) yang ditangkap aparat dan motornya dirusak tahu-tahu langsung ditembaki aparat. Bohong kalau di teve-teve bilang ada tembakan peringatan," tutur Minarni (47), warga lainnya, Jumat (16/12/2011) sore.
Petani Mesuji Korban Aparat Masih Sekarat
Muslim, 18 tahun, petani korban penembakan brutal aparat keamanan di areal perkebunan PT Barat Selatan Makmur Investindo, masih dirawat di Rumah Sakit Immanuel Bandar Lampung, 17 Desember 2011. Darah masih mengucur dari luka bekas tembakan aparat pada 10 November 2011 lalu. “Anak saya masih sekarat. Sudah lebih dari sebulan tergolek lemah,” kata Rundam, ibu korban, saat ditemui Tempo di ruang peralatan, Sabtu 17 Desember 2011.
Muslim, warga Suku I Desa Sritanjung, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Mesuji, menderita luka tembak di bagian kaki kanan. Peluru menembus tulang kering korban dan menyisakan lubang menganga dengan diameter 6 sentimeter. Selama dirawat korban terus mengerang kesakitan dan sesekali tidak sadarkan diri.
Remaja tamatan sekolah dasar itu ditembak pada 10 November 2011 lalu saat hendak merampas mayat Zailani, 45 tahun, yang tewas ditembak anggota polisi. Muslim yang tidak begitu lancar berbahasa Indonesia itu marah karena mayat pamannya diseret dan dilempar ke dalam mobil. “Anak saya ditembak dari jarak yang sangat dekat. Semoga tidak cacat seumur hidup,” tutur Rundam lirih.
Muslim awalnya dirawat di Rumah Sakit Umum Abdul Muluk Bandar Lampung. Tapi sejak 7 Desember 2011 dipindah ke Rumah Sakit Immanuel. Selama dirawat, Rundam mengaku mendapat bantuan Rp 10 juta dari Polda Lampung dan Pemerintah Kabupaten Mesuji. “Tapi uang itu sudah habis tergerus untuk beli obat dan keperluan selama menjaga di rumah sakit,” katanya.
Muslim merupakan salah satu korban penembakan brutal aparat di Divisi II Perkebunan PT BSMI Mesuji. Peristiwa berdarah itu menyebabkan satu orang tewas dan melukai empat orang lainnya. Aksi itu dibalas warga dengan membakar mes dan kompleks perkantoran perusahaan itu.
Dua orang anggota polisi Ajun Komisaris Polisi Wetman Hutagaol dan Ajun Inspektur Satu Dian Permana dinilai terlibat dalam penembakan brutal itu. Keduanya dipenjara selama 1 hari dan ditunda lima kali kenaikan pangkat. “Hukuman itu tidak setimpal. Semestinya mereka diseret ke meja hijau karena menyebabkan orang lain tewas,” kata Direktur Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung Indra Firsada.
+ komentar + 1 komentar
aparate kui Geblek kabeh pak, santet ae wesss.
Post a Comment
Silahkan Anda Komentari Tulisan di blog ini, Maaf Tidak Untuk berpromosi atau dianggap spam