Berita Lampung Hasil Survei Komisi Nasional Perlindungan Anak 62,7 persen remaja siswi SMP di Indonesia sudah tidak perawan : Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) merilis data yang menyebutkan 62,7 persen remaja siswi SMP di Indonesia sudah tidak perawan.
Data tersebut dirilis oleh Komnas Anak menyusul semakin maraknya peredaran film porno maupun adegan porno di tengah masyarakat melalui internet.
"Kami yakin hal tersebut akan lebih meningkat lagi dengan adanya video yang sekarang ini beredar (video mesum mirip Ariel Peterpan dengan wanita mirip Luna Maya dan Cut Tari) ," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait, Minggu (12/6).
Di Makassar, Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Suslel Mappinawang mengaku belum menerima hasil survei tersebut. Namun dia mengimbau orangtua lebih ketat mengawasi anak-anak mereka, khususnya usia remaja. "Situs-situs dengan mudah diakses di internet sehingga perlu pengawasan dan komunikasi antara orangtua dengan anak-anak mereka. Jangan biarkan anak-anak berjalan sendiri," kata Mappinawang.
Senada dengan Mappinawang, sosiolog Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Dr M Darwis MA DPA, menilai, fenomena internet yang penetrasinya sangat kuat di tengah masyarakat membuat orangtua harus bekerja keras dalam memantau anak-anaknya.
"Kita tidak bisa melarang anak kita mengakses internet karena kondisi sekarang memang mengaharus seperti ini. Yang harus dilakukan adan memonitor kegiatan anak-anak kita agar tidak terjerumus ke hal-hal negatif, termasuk mengakses pornografi," kata Darwis.
Dihubungi terpisah, Sekretaris Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Sulsel, KH Alwi Udding menilai hasil riset tersebut masih perlu dikaji lebih dalam.
"Namun bila hasil riset itu benar, tentu menjadi tamparan bagi bagia semua kalangan, termasuk dunia pendidikan. Harus ada upaya kongkret yang harus dilaksanakan secepatnya," tegas Alwi
Ingin Tahu Komnas Anak menilai tingginya pengakuan siswi SMP yang tidak perawan lagi diakibatkan besarnya rasa keingintahuan remaja terhadap seks. Menurut Arist, remaja SMP tergolong memiliki banyak pengetahuan seksual lebih banyak daripada remaja SMA.
"Remaja SMP perempuan memiliki pengetahuan seksual yang lebih banyak dibandingkan dengan remaja laki-laki SMP," katanya. Selain itu, berdasarkan penelitian, sebagian besar remaja SMP dan SMA tergolong telah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai seksualitas.
Komnas memperkirakan, dengan semakin banyaknya peredaran video mesum seperti sekarang, angka itu semakin meningkat lagi.
Hasil lain dari survei itu menyebutkan 93,7 persen siswa SMP dan SMA pernah melakukan ciuman, 21,2 persen remaja SMP mengaku pernah aborsi, dan 97 persen remaja SMP dan SMA pernah melihat film forno.
LPA Sulawesi Selatan
Ketua Lembaba Perlindungan Anak (LPA) Sulsel, Mappinawang mengaku belum pernah berkoordinasi langsung dengan Komnas Anak di Jakarta, terkait hasil survai 62 persen pelajar se Indonesia, yang sudah tidak perawan.
Mappinawang, justru mempertanyakan bagaimana metode dan sistem yang digunakan lembaga tersebut, hingga menghasilkan kesimpulan 62 persen pelajar SMP se Indonesia yang tidak perawan lagi."itu dari mana, metode dan sistem apa yang digunakan," jelasnya.
Namun, Mappinawang menambahkan, Kota Makassar, memang masuk dalam 10 besar di antara kota kota lainnya yang mempekerjakan anak di bawah umur, di beberapa sektor berbahaya.
Pedataan tersebut menurut Mappinawang, berdasarkan dari temuan Badan Pusat Statistik (BPS). Tak hanya di sektor eksploitasi seksual, juga terjadi di beberapa sektor lainnya seperti bidang konstruksi, nelayan dan pabrik.
Terpisah, Sosiolog Unhas Dr Darwis, mengatakan hampir semua eksploitasi seksual dan eksploitasi pisik yang terjadi pada anak anak mayoritas disebabkan faktor kemikinan warga.
Menurutnya, salah satu cara untuk menghindari hal ini adalah, pemerintah harus mengentaskan kemiskinan dengan membuka sebanyak mungkin lapangan kerja, sehingga orang tua mereka tidak lagi menganggur, sehingga mempekerjakan anaknya.
Saat ditanyai dengan masalah virginitas, Darwis mengatakan bahwa saat ini telah terjadi pergeseran nilai. Berbeda dengan dengan dulu."Sebenarnya ini sudah termasuk dalam kategori dekadensi moral," ujarnya. Namun, Darwis berpendapat hal ini bisa diatasi dengan adanya perbaikan di bidang pendidikan. Tak hanya itu peran orang tua sangatlah diperlukan.(ali)
Agamawan
Menyikapi hasil tersebut Sekretaris Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan Alwiuddin mengatakan perlu ada lembaga pembanding yang melakukan riset serupa. Bukan dalam artian tidak mempercayai sepenuhnya hasil survei tersebut namun ia beranggapan tidak ada salahnya untuk menguji seberapa valid hasil penelitian tersebut jika dibandingkan dengan data penelitian lembaga lain.
Namun terlepas dari valid tidaknya hasil survei tersebut, dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin tersebut mengatakan data tersebut merupakan tamparan keras untuk berbagai pihak. Utamanya menyangkut pencitraan dunia pendidikan karena baik orangtua, guru, maupun pemerintah gagal dapat dikatakan gagal membina pendidikan moral jika hal tersebut memang benar.
"Jika memang benar, ini adalah tamparan keras bagi lembaga pendidikan dan keagamaan termasuk di dalamnya orang tua, guru, dan pemerintah telah gagal memberikan pendidikan moral kepada generasi muda bangsa," kata Alwi saat dihubungi Tribun, kemarin. Alwi menambahkan, kegagalan tersebut akibat adanya sistem yang terlalu memberi kebebasan kepada anak dengan mengatasnamakan hak asazi manusia. Akibat sistem tersebut, sekarang guru tidak bisa lagi men-date' (jitak) anak-anak jika berbuat salah.
"Sekarang ini guru dan orang tua dalam posisi dilematis, di date' (jitak) sedikit salah-salah malah dipenjarakan dengan tameng HAM," tambah Alwi Dihubungi terpisah, Pendeta Lidya K Tandirerung mengatakan hal ini terjadi karena keluarga sebagai lembaga terkecil dalam masyarakaat telah kehilangan fungsi dan perannya sebagai lingkungan terdekat anak.
Keluarga yang seharusnya menjadi tempat bagi seorang anak menjalin keintiman psikologis telah melupakan dan menghilangkan fungsi tersebut. Keluarga justru saling berlomba-lomba memberikan peningkatan kualifikasi intelektual tanpa memperhatikan sisi spiritualnya.
Selain keluarga, Lidya juga menilai hasil survey tersebut merupakan tantangan bagi rohaniawan dan lembaga keagamaan untuk dapat lebih kreatif menjawab selera spiritual masyarakat, utamanya kalangan generasi muda.
"Ini menjadi tantangan bagi kalangan agamawan untuk bagaimana menyediakan wahana yang lebih kreatif dan positif dalam menyelipkan pesan-pesan moral dan spiritual, bagaimana caranya menciptakan generasi yang agamis namun tidak out of date dan tetap keren," kata Lidya
Tanggapan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin
Dikonfirmasi terpisah, Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin tidak banyak memberi komentar terkait hasil survei tersebut. Menurutnya, hasil survei yang dilansir menjadi hal yang rawan serta bisa meresahkan orangtua. "Saya belum lihat surveinya. Hal ini masalah yang rawan. Apakah surveinya bisa dipertanggungjawabkan dan metode seperti apa yang dilakukan. Kondisi ini bisa menimbulkan keresahan orangtua," kata Ilham.(ali/axa/cr7)
Berikut hasil survei kpai
Responden: Siswi SMP
* Tidak perawan: 62,7 persen
* Pernah berciuman: 93,7 persen
* Pernah aborsi: 21,2 persen
* Pernah nonton film porno: 97 persen
Post a Comment
Silahkan Anda Komentari Tulisan di blog ini, Maaf Tidak Untuk berpromosi atau dianggap spam