Berita Lampung Pembunuhan Sadis Di Medan Janda Tewas di Tangga; Pembunuhan sadis di Jl Sutomo Ujung, Medan, Kamis (15/4) sekira pukul 16.00. Janda separuh tua, Cairin (53) telungkup bersimbah darah di anak tangga lantai satu. Tak kalah sadisnya, Antoni (18) juga meregang nyawa bersimbah darah di kamarnya yang terkunci. Apa motifnya?
Cairin alias Iren korban pertama ditemukan tewas. Kepalanya koyak. Awalnya, diduga, Iren dibunuh anak angkatnya Antoni. Lalu polisi mencari keberadaan Antoni. Tapi, selang satu jam kemudian, Antoni malah ditemukan tewas di kamarnya lantai tiga.
Antoni malah tewas dengan lebih sadis di dalam kamarnya. Di punggungnya meliang tiga tusukan. Kepala belakang lembam akibat pukulan benda tumpul. Ironisnya, kedua urat nadi korban putus. Darah pun berselemak di kamar korban. Sementara pintu kamar terkunci.
Saat korban ditemukan, darah sudah nampak kering. Diduga korban baru ditemukan setelah beberapa jam tewas. Luka sayat di pergelangan tangan korban diduga disengaja untuk mengelabui bahwa korban adalah pembunuh ibunya yang kemudian tewas bunuh diri.
Informasi yang diperoleh POSMETRO, Iren dan Antoni baru tiga bulan pindah ke ruko berlantai 3 di Jalan Sutomo. Sebelumnya mereka tinggal di Jalan Meranti, Medan Petisah. Di rumah itu Iren membuka usaha roti.
Kata Ai tetangga korban, Rabu (14/4) sekitar pukul 18.00, Iren masih terlihat menjaga steling rotinya. Namun, Kamis (15/4) pagi ruko korban tidak buka. Bahkan, dua pembantunya yang mau bekerja sudah menggedor-gedor pintu dan memanggil korban.
Merasa ada yang janggal, kedua pembantu korban mendatangi Kepling IV Kelurahan Durian, N Ginting. Lalu kepling menghubungi kakak korban, Johan. Lantas Johan dan istrinya Chin Lie warga Jalan MT Haryono Medan datang ke rumah korban. Dan saat itu kembali digedor-gedor, tetap saja tak dibuka.
Makin resah, Chin lie sepakat membongkar pintu depan rumah korban dengan memanggil ahli kunci. Dan begitu pintu besi berhasil dibuka, bersicepat Chin Lie dan istrinya bersama lurah dan kedua pembantunya masuk. Namun alangkah terkejutnya mereka ketika menyaksikan Irene telungkup tak bernyawa, bersimbah darah di anak tangga lantai satu. sekita itu juga ia menjerit, lalu menghubungi pihak kepolisian.
“Kulihat adikku sudah terkapar bersimbah darah di anak tangga lantai satu. Kepalanya lembam,” terang Chin Lie.
Para tetangga yang mendengar kejadian itu mendadak heboh. Sejurus kemudian polisi datang melakukan olah TKP sembari mengevakuasi jasad Iren ke RSU Pirngadi Medan.
Dugaan sementara, diduga pembunuh Iren adalah Antoni karena anak angkatnya itu tidak ditemukan di rumah. Namun, selang satu jam polisi melakukan olah TKP di rumah Korban, petugas menemukan Antoni tewas bersimbah darah di samping tempat tidur di kamar di lantai tiga.
“Irene itu orang baik. Mereka baru tinggal 3 bulan di sini. Cuma kita hanya tegur-tegur gitu saja. Dia (korban) buka usahanya kadang cuma satu jam saja. Kadang dia pergi ngantar roti yang dipesan pembelinya,” terang Ai, tetangga korban.
Saat jasad Antoni hendak dievakuasi ke RSU Pirngadi, seorang ibu tampak histeris. “Aku mau lihat. Aku sering beli roti di kedai ini,” ujar inang-inang ini bersikukuh ingin melihat korban.
Aparat kepolisian yang turun ke lokasi tak berpanjang lebar memberi keterangan. “Beberapa saksi telah dimintai keterangannya. Tapi kita belum bisa memastikan apa motifnya. Kasus ini juga sudah ditangani Polsekta Medan Timur,” terang seorang petugas polisi yang berjaga di depan rumah korban. (rusdi/johan)
Sering Curhat pada Pendeta, Keluarga Curigai Teman Antoni
SEORANG Pendeta dari Gereja Sidang-sidang Jemaat Allah CWS Charisma Family, Robert Benedictus, mengaku sangat kenal dengan almarhum Irene. Katanya, Irene jemaatnya yang sangat rajin gereja. Gereja mereka berada di Jl Meranti, tak jauh dari Jl Sekip, Medan Petisah.
“Semasa hidupnya korban ini memang sering mengeluh soal anak angkatnya, Antoni,” ujar Robert.
Masih kata Robert, Irene yang belakangan menggeluti usaha roti itu, sebelumnya tinggal di Komplek Perumahan Rajawali di kawasan Sunggal. “Yah, kepindahannya ke rumah ini, jadi tempatnya mengakhiri hidup,” keluh sang pendeta.
Disebutkannya, Irene sebenarnya tergolong wanita tegar. Alasannya, meski ditinggal suaminya lantaran menderita sakit sejak 10 tahun lalu, Irene tak gentar menghadapi hidup.
Begitu berstatus janda, Irene membanting tulang sendiri. “Namun memang, yang menjadi keluhan di hidupnya itu cuma soal anaknya si Antoni. Anaknya agak bandal dan malas sekolah,” ujar Robert.
Dipastikannya, Irene memang sangat tertekan dengan sikap anaknya itu. “Sejak 10 tahun lalu, korban hanya tinggal dengan anak tunggalnya itu (Antoni-red),” tegasnya lagi.
Setahu Robert, Antoni yang juga ditemukan tewas di salah satu ruangan di rumah tempat Irene meninggal, terakhir kali bersekolah di Yayasan Yapim, Jl Air Bersih.
Bukan cuma nakal di sekolah, Irene juga selalu mengeluh padanya soal Antoni yang ribut jika tak diberi uang jajan. Itulah yang membuat ibu dan anak itu sering bertengkar.
Memang katanya, Irene cerita tak sambil menangis. “Tapi kita kan tahu. Karena melihat raut wajahnya yang lesuh dan kusut. Dia Nampak sangat tertekan dengan anaknya. Jadi untuk membatasi pergaulan anaknya, ia coba membatasi uang saku Antoni. Tapi itu pula yang jadi pertengkaran di antara mereka,” kata Robert seraya menerangkan, Antoni sudah diadopsi sejak masih bayi.
Jadi, lanjut sang pendeta, untuk mengurangi beban hidup Irene yang baru melakoni usaha rotinya, semua jemaat Gereja disarankannya berlangganan roti pada Irene. “Dia itu memang nampak masih muda. Padahal usianya sudah setengah abad,” tutup Robert.
Curigai Dibunuh Teman Antony
Felix (20) sepupu korban yang ditemui di RSU dr Pirngadi mengatakan, sebelum meninggal, korban sempat mengeluh dan kesal melihat tingkah laku Antoni yang sering membawa nginap teman-temannya.Karena itulah Felix menduga korban tewas karena kepalanya dihantam simbal. Pasalnya, saat ditemukan, piringan drum itu dalam keadaan peyot.
“Si Antoni itu anak pungut yang diasuh bibik sejak bayi. Anaknya memang bandal bang. Sebelumnya kami menduga dia pelakunya. Tapi setelah kami lihat, ternyata dia juga mati di lantai tiga kamarnya,” kata Felix. Sementara itu sehari sebelum kejadian, warga sekitar yang enggan menyebut namanya sempat melihat Antoni dan beberapa temannya asyik main gitar di luar rumah. Bahkan warga juga sempat mendengar Antoni berkelahi mulut dengan temannya.
Sementara itu keterangan kasat Reskrim Poltabes Medan AKP Jukirman Situmorang, kedua korban diduga dibunuh. Pasalnya, ketika dilacak pakai GPS, handphone korban masih aktif di Jalan Sendok Ayahanda, Medan.“Kita sedang seser seputaran sekolah korban di Jalan Pintu Air,” katanya. http://posmetro-medan.com/index.php?open=view&newsid=17204
Post a Comment
Silahkan Anda Komentari Tulisan di blog ini, Maaf Tidak Untuk berpromosi atau dianggap spam