Mengidap Tumor DiMulut selama 6 tahun, Kelahiran si bungsu, Mohammad Darwin, 6 tahun silam, jadi sejarah tersendiri bagi Sukir. Sejak itu pula pria 42 tahun ini mengidap tumor di mulutnya. Dan kini, penyakit mematikan itu membuat benjolan menyerupai besar bola kaki di mulut warga Link.III Sido Bangun, Kel.Tanjung Selamat, Kec.Padang Tualang, Langkat itu.
“Jangankan cari makan, makan nasi aja udah gak bisa,” terang suami Dariah (41).
Bapak 3 anak ini mulai cerita awal penyakit mematikan itu diidapnya. Didampingi istri yang telah 13 tahun hidup bersamanya, Sukir berkata awalnya dia kesakitan saat menyikat gigi. Sukir tak tahu sebabnya. Yang dia tahu, ada benjolan kecil di gerahamnya. Anehnya, tiap sikat gigi dan mengenai benjolan itu, darah bercampur nanah pasti keluar.
Kuatir, Sukir konsultasi dengan dokter puskesmas. Maklumlah, mau cek ke dokter spesialis, dia tak punya uang. Jantungnya serasa mau copot saat mendengar dia mengidap kanker ganas. Dia langsung teringat ketiga anaknya yang masih kecil dan butuh perhatian. Dalam benaknya, bila berobat uang tak ada dan lebih baik buat anak istri saja. Itu pula yang membuat, perlahan tapi pasti, benjolan makin membesar. Susunan giginya mulai terdorong ke depan.
Dan paling menyiksa, ucapnya, sakitnya sangat luar biasanya. “Rasanya kayak tangan ini dipotong lalu disiram asam, perih,” ujar. “Kalau ditanya, aku sempat frustasi dan mau bunuh diri saja waktu itu. Bahkan istriku bolak-balik kusuruh beli racun, sebab jangankan mau cari makan, mau makan nasi saja nggak bisa,“ ketus Sukir sambil menyeka bagian mulutnya yang setiap saat mengeluarkan cairan.
Dan itu 6 tahun dijalani Sukir dengan kondisi mulut tersumbat tumor itu. Selama itu pula mulutnya mengeluarkan cairan busuk. Beruntung anak dan istrinya begitu sayang kepada Sukir. “Kalau dulu, aku tak bisa ngomong. Tiap hari, dari mulut ini keluar darah busuk sampai satu gelas. Untunglah sekarang ini tidak lagi mengeluarkan bau,“ ungkap Sukir. “Kalau tidak tabah-tabah, mungkin aku udah stress. Jangankan orang lain, saya sendiri aja tak berani nengok kaca (cermin-red),“ timpal Sukir.
Untuk menghilangkan perasaan seperti itu, Sukir berusaha melakukan aktifitas dengan mencari upahan menderes getah di ladang warga lainya. “Kalau menderes getah, mulut ini saja tutupi handuk,“ akunya.
“Saya berharap ada orang atau donator yang sudi meringankan beban saya ini, karena saya sangat menderita dengan kondisi seperti ini. Untuk membeli obat agar penyakit ini tidak kambuh, kami harus siapkan Rp.1,3 juta. Sejauh ini sudah lebih sepuluh kotak yang kami beli. Untuk itu sangat berharap ada yang mau menangung biaya operasi suami saya ini,“ ucap Dariah penuh harap
Post a Comment
Silahkan Anda Komentari Tulisan di blog ini, Maaf Tidak Untuk berpromosi atau dianggap spam