Selamat datang di Berita Lampung Online

Demi Uang Ibu tinggalkan Anak

Monday, February 8, 20100 komentar

Demi Uang Ibu tinggalkan Anak, Hati seorang ibu akan senang jika bisa kembali bersatu dengan anak-anaknya setelah berpisah. Meski kesulitan ekonomi, berkumpul dengan anak akan memberikan kebahagiaan lahir dan batin.

Itulah yang dialami Diana (23). Matanya berbinar begitu melihat kedatangan putri bungsunya, Putri Aprilia (9 bulan), bersama kakaknya, Farel (2), di ruang Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kepolisian Resor Metro Tangerang, Kamis (4/2).

Ia langsung memeluk erat kedua anaknya bergantian. Kecupan tak henti-hentinya diberikan kepada anak-anak yang sempat ditinggalkan empat hari di rumah kontrakan di Jalan Pulo Indah Asri RT 2 RW 4, Kelurahan Petir, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, sejak Sabtu hingga Selasa (2/2). Sementara satu anak lagi, Rafael (3), tak mau masuk ruangan untuk bertemu ibunya karena masih trauma berada dalam ruangan. Ia duduk dalam mobil polisi.

Diana tidak ingin berpisah dengan buah hatinya, hasil pernikahannya dengan Stevanus alias Lery (25). ”Kalau saya punya uang, saya akan pulang ke kampung, hidup dengan orangtua saya di Makassar,” ujar Diana. Di Makassar, anak pertamanya, Jackson (5), diasuh orangtuanya.

Kegembiraan Diana saat memeluk anaknya tak bisa menutupi penderitaan yang dialaminya. Tubuh kurus dan kedua tangan yang terlihat hanya tulang terbungkus kulit sawo matang dan pipi kempot menjadi saksi penderitaan itu.

Saat bertutur khusus kepada Kompas, Diana, yang didampingi Kepala Unit PPA Suhartini, mengakui terpaksa meninggalkan anaknya untuk mencari uang. Ia meninggalkan anak-anaknya untuk mencari sesuap nasi agar mereka bisa bertahan hidup setelah suaminya meninggalkan mereka sejak Rabu. ”Sudah tiga bulan kontrakan tak dibayar. Utang sudah menumpuk karena enggak punya uang lagi,” ucap Diana.

Sepasang garis putih laksana kristal bening mengalir dan membasahi kedua pipinya. Wanita berambut panjang itu menghapusnya dengan tangan kirinya. Sesekali ia menggunakan tangan kanannya membantu menghapus kumpulan air mata yang tumpah di wajahnya. ”Beruntung, masih ada tetangga yang prihatin melihat kondisi kami. Sering kali, mereka membawa makanan buat kami. Kalau ada makanan, yang saya dahulukan anak-anak saya. Kalau ada sisa, barulah saya makan,” ujar Diana yang terpaksa banyak minum air untuk menahan lapar jika makanan untuk anaknya tidak tersisa.

Diana memilih kembali bekerja serabutan, menjadi penerima tamu dari satu diskotek ke diskotek lain, agar mendapatkan uang untuk membeli makanan dan susu bagi anak-anaknya. Sekali menemani tamu minum, ia mendapat tip Rp 50.000-Rp 100.000.

Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait mengatakan, kasus Diana merupakan potret kegagalan Pemerintah Kota Tangerang dalam mengatasi masalah sosial dan kemiskinan.

Pemerintah Kota Tangerang tidak menerima penilaian itu. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Saeful Rochman menjelaskan, dari keterangan lurah Petir dan camat Cipondoh, Diana bukanlah warga mereka karena belum pernah melaporkan diri kepada pengurus RT dan RW.

Terlepas dari status kependudukan, Diana dan keluarganya tetaplah sudah menjadi bagian dari lingkungan masyarakat itu. Setidaknya, inilah yang menjadi tugas dari RT dan RW, lurah dan camat harus proaktif mendata kembali warganya. Paling tidak, kasus Diana tidak akan terulang lagi
Share this article :

Post a Comment

Silahkan Anda Komentari Tulisan di blog ini, Maaf Tidak Untuk berpromosi atau dianggap spam

 
Copyright © 2011. Berita Lampung - All Rights Reserved
Template Created by Pakar Lampung Proudly powered by Blogger