Berita Lampung - Tingkat deflasi di Bandar Lampung terus meningkat : Seiring masih berlangsungnya musim panen raya padi dan sayur-sayuran, Bandar Lampung mengalami deflasi berbagai komoditas selama Maret-April. Namun, hal ini diyakini tidak berlangsung lama.
Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung, selama April 2011 terjadi deflasi di Bandar Lampung sebesar 0,10 persen. Sementara, di Maret, besarnya deflasi 0,41 persen.
Turunnya harga kelompok bahan makanan memberikan andil terbesar dalam terciptanya deflasi. Turunnya harga antara lain terjadi pada beras, cabai, telur, bawang, sayur-sayuran, dan ikan tongkol. Tiga bulan sebelumnya, komoditas ini sempat mengalami lonjakan harga tinggi.
Kelompok bahan makanan ini, ungkap Kepala BPS Mohamad Razif, Selasa (3/5/2011), memberikan sumbangan deflasi sebesar 0,2595 persen. "Hanya satu kelompok, yaitu bahan makanan, yang indeksnya turun di April," ungkap dia.
Data BPS menunjukkan, dari 66 kota di tanah air yang disurvei, 57 diantaranya mengalami deflasi. Adapun deflasi terbesar terjadi di Jambi yaitu 1,57 persen. Sementara, inflasi terbesar terjadi di Ternate sebesar 0,52 persen.
Deflasi yang terjadi selama dua bulan terakhir di Bandar Lampung menyejukkan masyarakat, mengingat ancaman inflasi masih akan terus menghantui sepanjang tahun ini.
Setahun terakhir, berdasarkan data BPS, terjadi inflasi year on year (tahunan) April 2010 April 2011 sebesar 9,94 persen. Laju inflasi ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 5,61 persen.
Memasuki penghujung musim panen raya, harga beras di sejumlah pasar di Bandar Lampung mulai menunjukkan tanda-tanda naik. Di Pasar Smep, beras kualitas rendah mengalami kenaikan sebesar Rp 100 per kg, yaitu menjadi Rp 6.100. Padahal, dua bulan terakhir, harga beras cenderung stabil, bahkan sempat turun.
Hasil panen sudah berkurang, terutama jenis beras yang murah. Dari penggilingan harganya sudah dinaikkan Rp 200 per kg, tutur Saman (56), salah seorang pedagang beras di Bandar Lampung.
Pengadaan beras
Berdasarkan survei BPS, rata-rata harga gabah panen di petani per akhir April lalu adalah Rp 2.789 atau turun 5,26 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Survei dilakukan di 42 titik observasi di empat kabupaten yang mengalami panen padi.
"Harga gabah tertinggi di tingkat petani adalah Rp 3.250 per kg di Pringsewu. Sementara, yang terendahnya Rp 2.650 per kg di Lampung Selatan dan Lampung Timur," ungkap Razif.
Dengan demikian, ungkap Razif, harga rata-rata maupun harga GKP terendah di Lampung saat ini masih di atas harga pokok pembelian pemerintah (HPP) yaitu sebesar Rp 2.640 per kg.
Akibatnya, Bulog masih kesulitan menyerap beras petani. Penyebabnya, daya serap beras oleh pasar umum cenderung lebih tinggi daripada Bulog. Menurut Kepala Bulog Divre Lampung Bakri, pihaknya baru mampu menyerap 16.000 ton.
Padahal, target pengadaan beras di musim panen raya 2011 ini mencapai 100.000 ton. Diakui Bakri, Bulog hanya mampu mendapatkan beras-beras sisa yaitu beras dari petani yang tidak terserap ke pasar umum.
Post a Comment
Silahkan Anda Komentari Tulisan di blog ini, Maaf Tidak Untuk berpromosi atau dianggap spam