Berita Lampung Prediksi Harga Kopi 2011 Naik : Harga biji kopi di Tanah Air tahun ini diprediksi naik mengingat produksi komoditas itu diperkirakan mengalami penurunan. "Produksi kopi di Lampung tahun ini diperkirakan tidak lebih bagus dari 2010, sehingga berpengaruh terhadap harga," kata Joni, pengusaha komoditas, di Bandarlampung, Senin (10/1/2011).
Ia menyebutkan, harga kopi saat ini masih rendah di kisaran Rp 16.000 per kilogram (kg) di tingkat basis (pedagang besar), sedang di tingkat pedagang pengumpul harga di kisaran Rp 13.500/kg.
Menurut dia, harga biji kopi kering pada 2011 diperkirakan mencapai di atas Rp 30.000/kg mengingat produksi rendah sementara permintaan diperkirakan meningkat. "Saat ini, kopi satu kuintal saja disimpan oleh petani maupun pedagang menunggu naiknya harga untuk selanjutnya dijual," katanya.
Berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, produksi kopi daerah itu 2010 sekitar 135-140 ribu ton.
"Bila kondisi cuaca di Lampung masih ekstrem dengan curah hujan yang cukup tinggi seperti saat ini, diperkirakan produksi kopi akan mengalami penurunan," jelasnya.
Joni yang juga pengurus Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Lampung menjelaskan, harga kopi saat ini masih terlalu rendah, sementara biaya produksi mulai dari perawatan kebun kopi hingga pasca panen cukup tinggi.
"Dari satu kuintal biji kopi yang dipanen, mungkin hanya sekitar 30-50 kilogram saja yang bakal laku dijual mengingat banyak nilai susutnya," katanya. Harga kopi saat ini, lanjutnya, bila dibandingkan dengan harga komoditas lain cukup rendah.
"Harga kopi tidak lebih tinggi dari harga cabai merah yang saat ini mencapai Rp50.000/kg atau pun harga kakao yang mencapai Rp20.000/kg," kata dia.
Karena itu, menurut dia, ke depan asosisasi beserta instansi terkait yang tergabung dalam tim perkopian akan lebih giat lagi memberdayakan petani kopi yang ada di daerah itu sehingga produksi maupun kualitas kopi dapat meningkat.
Sementara, ekspor ekspor biji kopi Lampung selama 2010 sebesar 261.969 ton lebih dengan nilai 392,619 juta dolar AS atau turun 30 persen bila dibandingkan tahun lalu.
"Tahun 2009, volume ekspor biji kopi sebanyak 342.313 ton lebih yang menghasilkan devisa sebesar 475,360 juta dolar AS," kata Ketua Renlitbang AEKI Lampung, Muchtar Lutfie.
Ia menyebutkan, menurunnya produksi di sejumlah sentra perkebunan kopi di daerah itu disebabkan faktor cuaca yakni hujan yang cukup panjang pada 2009 lalu hingga 2010.
Penurunan produksi kopi itu, lanjutnya menyebabkan ekspor salah satu komoditas unggulan Lampung itu juga menurun. Sehingga menurut dia, perolehan devisa dari ekspor biji kopi tahun 2010 turun bila dibandingkan 2009.
"Hujan yang turun hampir sepanjang tahun 2010, tidak hanya mempengaruhi produksi tetapi juga kualitas biji kopi yang kurang bagus," ujarnya. Keterlambatan panen kopi juga menyebabkan pembeli terutama dari luar negeri memilih membeli kopi dari negara lain sehingga merugikan petani maupun pengekspor. Panen kopi, lanjutnya, biasanya mulai Februari-Maret, tetapi pada tahun ini terjadi pada Juni.
+ komentar + 1 komentar
Kalau perbedaan antara kopi robusta dan arabica sendiri itu apa?
Post a Comment
Silahkan Anda Komentari Tulisan di blog ini, Maaf Tidak Untuk berpromosi atau dianggap spam