Fakta dan kebenaran Paskibraka Bugil ; Kasus dugaan pelecehan seksual terhadap calon anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) di Provinsi Jakarta diduga terjadi pada sore hari. Di saat itulah jadwal Orientasi Kepaskibrakaan sangat padat, sehingga tak memungkinkan anggota Paskibraka untuk bersiap secara maksimal.
Demikian diungkapkan Ketua Tim Investigasi Internal Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Jakarta, Mohamad Mahdi, saat ditemui Kompas.com di lapangan IRTI Monas, Selasa (17/8/2010).
Mahdi mengatakan, masa orientasi seperti itu bisa saja memakan waktu selama sebulan. Namun, untuk orientasi di level provinsi, hanya dilakukan selama lima hari pada 2-6 Juli 2010. "Kalau itu terjadi, mungkin terjadi sore hari setelah latihan baris-berbaris. Kalau di tingkat nasional masa orientasinya satu bulan, untuk provinsi hanya empat hari, padahal konsepnya sama," kata Mahdi.
Dalam masa orientasi di Kompleks Lembaga Pendidikan Kader Gerakan Pramuka Tingkat Nasional (Lemdikanas) Cibubur tersebut, setiap hari 30 calon Paskibraka dari Jakarta diharuskan bangun subuh. Mereka kemudian diwajibkan mengepel lantai, menyetrika pakaian, dan juga berolahraga pagi hingga pukul 07.00 WIB.
Setelah itu, calon Paskibraka masuk ke barak untuk sarapan dua butir telur rebus dan segelas susu. Selanjutnya masuk barak tidur untuk persiapan mandi dan kemudian melakukan latihan baris-berbaris hingga pukul 12.00.
Usai istirahat, shalat, dan makan siang, para siswa kembali berlatih dengan diselilingi shalat azar. Latihan selesai pada pukul 17.00. Setelah itu, anggota Paskibraka mulai mandi sore, shalat Magrib dan makan malam.
Tepat pukul 19.00, mereka harus sudah siap mengikuti sesi pelajaran hingga pukul 21.00. Jeda dua jam antara latihan dan sesi pelajaran itulah yang sering kali memakan banyak waktu. Jika molor, kejadian seperti dikeluhkan orangtua Paskibraka mungkin saja terjadi. Namun, tidak ada orang di luar barak yang bisa melihat kejadian itu.
Bahkan, barak perempuan dan laki-laki terpisah dalam dua barak yang berjarak puluhan meter. "Mandinya itu ramai-ramai di barak mandi. Begitu keluar, tidak ada yang melihat karena itu barak tertutup dan terpisah (antara barak perempuan dan laki-laki)," kata Ketua Majelis Pertimbangan Organisasi PPI DKI Jakarta, Yosse Yuliandra.
Orangtua bertemu dengan sejumlah anggota Purna Paskibraka Indonesia (PPI) yang terdiri dari anggota Paskibraka senior yang diberi tugas sebagai pelaksana pembinaan Paskibraka junior. "Waktu itu mereka tidak tahu. Kan mereka di dalam kelas dan tidak bisa nonton TV. Mungkin sekarang mereka tahu setelah ada beritanya," kata Firmansyah.
Para instruktur Paskibraka agar peristiwa itu tidak diketahui oleh para siswa
Para instruktur Paskibraka dari PPI berusaha agar peristiwa itu tidak diketahui oleh para siswa. Tidak satu pun anggota Paskibraka yang mengeluhkan pembinaan yang dilakukan selama masa karantina di Cibubur pada 2-6 Juli maupun persiapan di Perpusnas pada 13-17 Agustus.
"Kita keep soal (pelabrakan) itu supaya mereka tetap fokus saat pengibaran bendera. Coba kalau mereka tahu, bagaimana kondisi psikologis mereka saat itu," jelas Firmansyah.
Berdasarkan informasi orangtua yang mengadu soal pelecehan seksual itu tidak hanya dari satu calon Paskibraka, tapi tiga orang. Mereka di antaranya orangtua dua anggota Paskibraka putri, satu lainnya orangtua seorang Paskibraka putra. Ketiganya mengeluhkan hal yang sama, yakni adanya perintah untuk berlari dari barak tidur ke barak mandi dan sebaliknya dalam kondisi bugil. Baca Paskibraka berjalan tanpa busana dari kamar mandi dan barak tidur
Post a Comment
Silahkan Anda Komentari Tulisan di blog ini, Maaf Tidak Untuk berpromosi atau dianggap spam