Selamat datang di Berita Lampung Online

Pertama dalam Sejarah Adat Istiadat Kesultanan Sambas Prosesi Permohonan Maaf ke Kesultanan di Era Kemerdekaan

Friday, June 18, 20100 komentar

Berita Lampung Pertama dalam Sejarah Adat Istiadat Kesultanan Sambas Prosesi Permohonan Maaf ke Kesultanan di Era Kemerdekaan ; Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Kata pepatah ini mencerminkan setiap daerah memiliki adat istiadat yang berbeda. Walikota Singkawang Hasan Karman (HK) hari ini Sabtu (19/6) akan meminta maaf kepada Kesultanan Sambas di Alwatzikoebillah terkait makalahnya yang menyinggung Kesultanan Sambas. Bagaimana prosesi permohonan maaf dengan adat istiadat Kesultanan Sambas?

Tiada gading yang tak retak, pepatah ini menggambarkan setiap manusia mempunyai kelemahan atau pernah melakukan kesalahan. Sosok HK dinilai melakukan kesalahan dari sebuah karya ilmiah yang berjudul Sekilas Melayu: Asal Usul dan Sejarahnya oleh Kesultanan Sambas serta masyarakat melayu.Tulisan yang dibuat pejabat ini menggemparkan masyarakat Kalbar dan menuai pro dan kontra.

Terhadap tulisan yang dibuatnya ini, HK melakukan permohonan maaf kepada Kesultanan Sambas serta sejumlah kesultanan lain dalam sebuah prosesi adat istiadat yang telah lama tidak dilaksanakan.Uray Reza Fahmi, anggota Majelis Pemangku Kesultanan Sambas mengatakan setiap manusia tidak luput dari kesalahan baik di sengaja atau tidak. Ia mengungkapkan budaya Melayu mengedepankan sesuatu perbuatan yang salah dengan permintaan maaf dalam menyambung tali silaturahmi.

Adat istiadat kesultanan masa lalu berbeda dengan sekarang. Prosesi permintaan maaf kepada sultan yang dilakukan seorang pejabat negara atau orang ternama baru pertama kali dalam sejarah Kesultanan Sambas,” katanya.
Ia mengatakan kalau dulu pemerintahan dipegang oleh kesultanan. Dikatakannya, rakyat yang salah, maka sultan akan memberikan hukuman atau sanksi berdasarkan qonun (hukum, red) Alquran dan Hadist.

“Kesultanan Sambas merupakan kerajaan Islam. Dari nama istana saja berarti dirahmati Allah. Tentu saja pada prosesi permintaan maaf berbeda masa lalu dengan sekarang di zaman kemerdekaan,” papar Reza.Berdasarkan jadwal, Reza menyebutkan HK dijadwalkan tiba ke Sambas pukul 08.00. Sebelum memasuki Istana Alwatzikhoebillah, berziarah ke makam Sultan Muhammad Tsjafioeddin II dan Makam Sultan Muhammad Ali Tsafioeddin I.“Mengapa berziarah ke Sultan M Tsjafioeddin II? karena sosok sultan ini mempunyai kharismatik dan mempersatukan bangsa-bangsa di Sambas. Selain itu, kejayaan Islam berkembang sehingga Sambas disebut serambi Mekah,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan sedangkan ziarah ke makam Sultan Ali Tsafioeddin I, karena sebelum diangkat menjadi sultan, beliau bergelar Pangeran Bendahara Seri Maharaja yang lebih sering menyebut dirinya Pangeran Anom. Pada masa Kesultanan Sambas, Pangeran Anom merupakan panglima angkatan laut Sambas yang bertugas menjaga masuknya kapal-kapal asing.

“Setelah berziarah, HK akan disambut acara adat tepung tawar tanda ucapan selamat datang ke Istana Alwatzikhobillah Sambas. Tepung tawar ini merupakan simbol membuang hal-hal berbau negatif pada diri seseorang,” tuturnya yang juga seorang pendidik.Reza Fahmi mengungkapkan HK disambut sesuai acara kerajaan. Pada hari tersebut, prajurit istana menggunakan pakaian kebesaran kerajaan berwarna hitam yang biasa digunakan Panglima dan Wajir (Pendamping Sultan), sedangkan pakaian kebesaran berwarna merah akan digunakan Parawis (Pengawal di dalam Istana) dan Laskar Kesultanan Sambas berjaga di luar istana.

”Acara nantinya dihadiri 10 Raja dari Kesultanan se Kalbar, Muspida Provinsi, Muspida Kota Singkawang dan Sambas, Muspika dan Kepala Desa se-Kabupaten Sambas serta organisasi kepemudaan dan organisasi etnis se Kalbar. Untuk kelancaran acara, pihak majelis adat meminta agar masyarakat mendukung terlaksananya prosesi,” harapnya.Anggota Komisi D DPRD Sambas Uray Farida mengungkapkan budaya Melayu saling memaafkan harus terus dikembangkan dan dilestarikan. Ia mengatakan itikad baik permintaan maaf dari lubuk yang dalam sebagai simbol kehidupan manusia dengan sesama, dan hubungan manusia dengan sang pencipta.

“Mengenai prosesi adat istiadat, hal ini mungkin jarang sekali dilaksanakan. Tentu saja, adat dan budaya ini merupakan sebuah hal yang memperkaya kebudayaan nasional,” tuturnya.Pemerhati budaya Tajili mengatakan kegiatan adat istiadat di Kesultanan Sambas sebenarnya cukup banyak. Menurutnya, bukan hanya prosesi permohonan maaf tetapi banyak lagi yang lain.“Era reformasi ini tentu saja banyak adat istiadat kesultanan tidak dilaksanakan seperti di daerah atau provinsi lain. Tentu saja, kegiatan seperti ini merupakan kekayaan budaya masyarakat Indonesia,” tukas pegawai di Disporabudpar Sambas ini.
Share this article :

Post a Comment

Silahkan Anda Komentari Tulisan di blog ini, Maaf Tidak Untuk berpromosi atau dianggap spam

 
Copyright © 2011. Berita Lampung - All Rights Reserved
Template Created by Pakar Lampung Proudly powered by Blogger