Selamat datang di Berita Lampung Online

Cara Mendiagnosis Alergi Makanan denganTeknologi Baru

Sunday, June 6, 20100 komentar

Berita Lampung Cara Mendiagnosis Alergi Makanan denganTeknologi Baru ; Massachusetts -Sekitar 30 persen orang Amerika percaya bahwa mereka memiliki alergi makanan. Namun, jumlah sebenarnya jauh lebih kecil, sekitar 5 persen, demikian menurut sebuah studi baru-baru ini yang dilakukan Institut Nasional Alergi dan Penyakit Infeksi (NIAID). Sebagian besar itu karena ketidakandalan teknologi yang biasa digunakan untuk uji klinis untuk alergi makanan.

Ahli teknik kimia dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Christopher Love, mengatakan bahwa ia memiliki cara yang lebih baik untuk mendiagnosis alergi tersebut. Teknologi baru dia, seperti diuraikan di jurnal Lab on Chip edisi 7 Juni, dapat menganalisis sel kekebalan seseorang yang diambil dari pasien, yang memungkinkan untuk mengukur dengan tepat respons sel terhadap makanan yang mungkin bisa menimbulkan alergi atau disebut alergen.

Menggunakan teknologi ini, dokter bisa mendiagnosis alergi makanan dalam satu hari dan dengan tes darah sederhana, yang akan lebih cepat dan lebih andal dari tes saat ini, kata Love, asisten profesor teknik kimia.

Penelitian NIAID, diterbitkan 12 Mei di Journal of American Medical Association, menemukan bahwa di Amerika Serikat, 6 sampai 8 persen dari anak di bawah empat tahun, dan 4 persen anak lima tahun atau lebih, sedikitnya memiliki satu alergi makanan. Susu, kacang tanah, telur, dan kedelai merupakan beberapa penyebab alergi yang paling umum.

Alergi makanan bisa berupa ruam, gatal-gatal, sesak napas, atau tekanan gastrointestinal. Beberapa alergi dapat menyebabkan syok anafilaksis yang mengancam jiwa, yang membutuhkan perawatan segera.

Pasien yang diduga menderita alergi makanan biasanya menjalani pemeriksaan kulit, antara lain dengan menempatkan sejumlah kecil alergen potensial di bawah kulit lengan pasien. Jika darah pasien memiliki antibodi spesifik untuk alergen itu, sel-sel kekebalan akan melepaskan antihistamin yang menyebabkan gatal-gatal dan kemerahan di tempat alergen ditempatkan.

Dokter juga dapat melakukan tes darah yang secara langsung mengukur adanya antibodi tertentu dalam darah pasien. Namun, satu kekurangan untuk kedua tes ini adalah adanya antibodi terhadap alergen tertentu tidak berarti bahwa pasien alergi terhadap zat itu.

Teknologi baru buatan Love mengambil pendekatan berbeda. Alih-alih mendeteksi antibodi, sistemnya memantau sel-sel kekebalan pasien untuk protein kecil yang dikenal sebagai sitokin. Sel-sel kekebalan tubuh seperti sel T menghasilkan sitokin ketika respon alergi dimulai, menarik sel-sel lain untuk bergabung dalam respons itu.

Untuk melakukan tes ini, darah harus diambil dari pasien, dan sel darah putih (termasuk sel T) diisolasi dari sampel.
Share this article :

Post a Comment

Silahkan Anda Komentari Tulisan di blog ini, Maaf Tidak Untuk berpromosi atau dianggap spam

 
Copyright © 2011. Berita Lampung - All Rights Reserved
Template Created by Pakar Lampung Proudly powered by Blogger