Berita Lampung Nenek Dibunuh saat Shalat, Tangannya Genggam Yasin ; Usai sholat subuh, Hajjah Darmataksiah (70) selalu mengaji. Suara itu lamat-lamat didengar warga yang melintas dari rumah panggungnya. Tapi Jumat (16/4) pagi itu, tak terdengar ia mengaji, dan malah ditemukan tewas bersimbah darah di atas sajadah. Ia menggenggam buku yasin. Tubuhnya masih dibalut telekung.
Kemarin pagi sekira pukul 09.00 rumah panggung bercat biru langit di Jl Terusan, Dusun I, Desa Lalang, Kec Tanjung Pura, Langkat, itu mendadak ramai. Biasanya, rumah itu sepi karena dihuni sendiri oleh Hajjah Darmataksiah. Warga memanggil Darmataksiah dengan sebutan andung alias nenek. Darmataksiah adalah nenek tiri Ketua DPRD Langkat, Rudi Hartono Banggun SE.
Darmataksiah meregang nyawa dengan kondisi sadis. Ia dibunuh setelah kepala bagian belakangnya dihantam pakai benda tumpul. Dari kepala belakang korban mengucur darah kental namun telah menghitam, sedikit mengering. Hidung dan telinganya juga mengeluarkan darah. Sadisnya, Darmataksiah dibunuh saat atau sedang sholat. Tak jauh dari jasad korban ditemukan sepotong kayu broti ukuran 23 inci sepanjang 1 meter tersandar di dinding rumah papan itu.
Ceritanya begini. Pagi itu tidak biasanya pintu dan jendela rumah Hajjah Darmataksiah masih tertutup. Padahal, kata para tetanganya, usai sholat subuh, atau sekitar pukul 06.00, Darmataksiah sudah membuka jendela dan pintu rumah. Itupula yang membuat Erna bertanya-tanya kepada Halimah, tetangga Hajjah Darmataksiah.
“Ke mana andung, kenapa rumahnya tertutup aja, dari tadi nggak ada kutengok andung,” tanya Erna pada Halimah yang rumahnya hanya berjarak beberapa meter. Tak punya jawaban, kedua wanita ini memutuskan mendatangi rumah Darmataksiah yang sejak beberapa tahun terakhir hidup sendiri di rumah itu.
Saat melangkah dari anak tangga, Erna melihat pintu depan rumah korban sedikit terbuka. Dengan perlahan, kedua ibu rumah tangga ini menyeruakkan pintu hingga terbuka lebar. Dan, saat memasuki pintu rumah yang kedua, kedua wanita ini dikejutkan dengan sosok tubuh yang terkapar di atas sajadah dengan posisi miring. Saat diamati, dari bagian kepala korban yang masih mengenakan telekung (mukena) itu tergenang darah membasahi telekung. Kontan, Erna dan Halimah menjerit histeris.
Jeritan itu mengundang warga yang kemudian tumpah ruah di rumah korban. Sejurus kemudian petugas Polsek Tanjung Pura yang bermarkas hanya beberapa km dari rumah korban sigap melakukan olah TKP. Lalu, unit Jahtanras Polres Langkat dipimpin Kasat Reskrim AKP Wahyudi SIK bersama Ipda Firman PA yang belakangan tiba, mengintruksikan jasad korban dievakuasi ke RSU Tanjung Pura guna divisum.
Polisi melakukan penyidikan. Sejumlah warga dimintai keterangannya. Setidaknya ada empat orang warga yang diperiksa di Mapolsek Tanjung Pura sebagai saksi di antaranya Erna, Halimah, dan Mimi. (darwis)
Dihabisi Pria Berkerabu Sebelah?
PIHAK kepolisian masih terus memburu pelaku pembunuhan yang menghabisi Darmataksiah yang tengah mengaji itu. Diduga, pembunuhnya lelaki, memakai kerabu di sebelah kiri, rambut ikal, dan memakai kaos kaki warna hitam-putih.
“Pelaku jelas tidak berprikemanusian, kenapalah nenek setua itu tega dihabisi. Kalaupun hendak mengambil harta bendanya, ambil saja, tapi jangan habisi nenek itu,” kata warga mengutuk peristiwa pembunuhan itu.
Dari penelurusan reporter koran ini serta keterangan sejumlah warga di sekitar tempat kejadian, kuat dugaan korban dihabisi orang yang dikenalnya. Artinya, pelaku kemungkinan masih berhubungan keluarga dengan korban.
Namun yang membuat sejumlah warga mengernyitkan dahi, motif pembunuhan ini sulit diarahkan kepada perampokan atau pencurian. Pasalnya, isi lemari pakaian dan barang-barang di rumah itu tidak ada yang hilang. Lemari korban juga tidak diacak-acak.
Menurut Mimi (45), seorang warga pemilik warung, sebelum kematian Darmataksiah, sore itu sekitar pukul 17.30, ada dua orang pria mengendarai sepedamotor datang ke rumah si nenek. Mimi mengaku tak mengenal kedua pria berusia sekitar dua puluhan tahunan itu. Tapi Mimi juga tak menaruh curiga karena sebelumnya Darmataksiah sering dikunjungi keponakan dan cucunya.
Namun kata Mimi, ia masih sempat melihat Darmataksiah meminjam uang Rp20 ribu dari tetanganya. Setelah itu, pemuda yang dimaksudkan masuk ke rumah Darmataksiah, lalu uang Rp20 ribu itu dibeilkan rokok di warungnya.
“Waktu itu sempat lama kupandangi sosok pemuda yang beli rokok ke warungku itu. Gayanya seperti anak-anak bandal (punk). Yang kuinggat dia memakai anting-anting sebelah di telinga kiri pakai kaos kaki hitam putih, memakai gelang karet warna hitam di tangan, celana pendek, rambut ikal dan perawakan tubuhnya tidak terlalu tinggi,” terang Mimi di kantor polisi. Diduga pemuda inilah pelaku pembunuhan.
“Untuk itu, keberadaan si pemuda ini harus dicari tahu, karena tidak mungkin korban meminjamkan uang dari orang lain untuk diberikan kepada orang yang tidak dikenalnya. Kesimpulannya sementara pemuda inilah yang sangat dicurigai,” ujar Kasat Reskrim Polres Langkat AKP Wahyudi SIK didampigi Kapolsek Tanjung Pura AKP Marham.
Ray anak angkat korban yang juga berada di Polsek Tanjung Pura mengaku sangat terkejut dengan kabar kematian korban. “Saya minta pelakunya segera ditangkap, saya tidak terima mamak saya dibunuh dengan cara sadis seperti ini. Siapapun dia pelakunya harus dihukum berat,” pinta Ray.
“Andung ini menjadi penghuni surga. Dia nggak pernah marah dan bertengkar dengan siapapun. Setiap kali melintas dari samping rumahnya ini, kita selalu mendengar dia mengaji. Sholatnya pun nggak pernah ketinggalan. Kok tega kalilah orang itu membunuhnya,” tukas dua keponakan korban, Edah dan Raidah.
Edah dan Raidah mengatakan, saat ditemukan tewas, Darmataksiah kemungkinan baru selesai sholat subuh atau sedang mengaji. Pasalnya, kata keduanya, tangan Darmataksiah masih menggenggam buku yasin.
“Kalau andung ini selama hidupnya setahu kami dipergunakan untuk berbuat amal. Kadang-kadang datang orang minta sedekah ke rumahnya. Meski tak punya uang simpanan, andung sanggup meminjam uang kepada warga dan memberikannya kepada yang meminta,” timpal Raidah dengan mengucurkan air mata.
Kata keduanya lagi, Darmataksiah berasal dari Kecamatan Selesai, Langkat. Sejak ditinggal mati oleh suami pertamanya puluhan tahun silam, Darmataksiah kemudian menikah dengan seorang duda bernama H Abdul Rahman Syirat (almarhum).
Ketika menikahi Hajjah Darmataksiah, Abdul Rahman Syirat membawa empat orang anaknya yaitu Hj Jamjami, Hj Zaitun, H Faisal Haq, dan H Taufiq. Sedangkan Darmataksiah membawa seorang anak angkat bernama Ahmad Syafrai alias Rai. Nah, kemudian salah seorang putri H Faisal Haq menikah dengan Ketua DPRD Langkat, Rudi Hartono Banggun SE. Jadilah Rudi Hartono memanggil Darmaktasiah nenek.
Semasa hidupnya, suami Hj Darmataksiah, Abdul Rahman Syirat pernah menjabat sebagai anggota DPRD Langkat dari Partai Partai Persatuan Pembangunan (PPP). “Kalau saya nggak salah, tahun 80-an, H Abdul Rahman Syirat menjadi anggota DPRD Langkat. Sebelumnya menjabat Camat Kecematan Selesai,” ujar Kepala Desa Lalang, Firdaus kepada POSMETRO MEDAN di rumah duka.
Sejak ditinggal mati suaminya H Abdul Rahman Syirat, korban tinggal sendirian di rumah panggung itu. Untuk makan dan minumnya, ada warga yang dibayar mengantarkan kebutuhannya. Begitu juga untuk mencuci pakaian korban, menjadi tugas seorang pembantu yang sudah dibayar.
Diungkap warga, anak-anak Darmataksiah semuanya sukses seperti H Faisal Haq yang menjadi Ketua DPRD Langkat yang sebelumnya juga menjabat anggota DPRD Langkat.“Tapi andung tidak mau ikut anak-anaknya. Ia lebih memilih hidup sendiri dan menghabiskan hari tuanya di rumah itu,” kata warga
Post a Comment
Silahkan Anda Komentari Tulisan di blog ini, Maaf Tidak Untuk berpromosi atau dianggap spam