Kronologis pemalsuan ijasah Anak Mantan Pj. Bupati, SALLY Budi Utami tak menyangka ijazah yang dimiliki, yakni sarjana (S-1) teknik dari Fakultas Teknik Universitas Lampung, palsu. Sebab, meski diakui dirinya belum ujian skripsi, ijazah yang mengantarkannya bisa mengikuti seleksi penerimaan CPNSD 2009 layaknya ijazah teman-teman lainnya. Namun belakangan, tern yata bermasalah. Karena itu, Sally dan keluarga merasa menjadi korban aksi Astumaro, kakak tingkatnya.
Berikut pengakuan Sally mengenai kronologis diperolehnya ijazah secara tertulis yang disampaikan melalui orang tuanya, Ny. Masdulhaq, kepada Radar Lampung tadi malam.
’’Setelah seminar 1, saya melakukan penelitian dan pengerjaan skripsi dibantu Astumaro. Dia (Astumaro) saat itu berstatus pacar saya. Pada bulan Juli, saya ingin mengajukan seminar 2, tetapi saat itu penguji saya sedang berangkat ke luar kota.
Saya meminta tolong pada Astumaro agar seminar 2 saya bisa dipercepat sehingga saya berharap bisa lulus bulan September. Saat itu, Astumaro mencari jalan agar saya bisa lulus bulan September.
Keesokan harinya, Astumaro berkata kepada saya bahwa semua bisa berjalan lancar meskipun penguji sedang tidak ada, dengan cara mengganti penguji sementara. Saya pun bersedia, tetapi saat itu saya juga belum mendapatkan persetujuan seminar 2 dari pembimbing saya, dan Astumaro berkata dia yang akan mengurus segalanya serta saya hanya perlu belajar.
Keesokan harinya, Astumaro berkata lagi kepada saya bahwa dia telah berkonsultasi dengan orang dekan dan rektorat bahwa tak ada seminar 2 dan ujian komprehensif pun saya bisa lulus. Astumaro berkata, saya pun harus siap masuk seminar 2 dan ujian komprehensif jika diperlukan, dan saya sudah menyiapkan diri pada saat itu. Tetapi ternyata, Astumaro berkata bahwa sudah teratasi dan tidak perlu dilangsungkan seminar 2 maupun komprehensif tersebut.
Saya berkali-kali bertanya pada Astumaro, apakah tidak bermasalah dan secara administratif aman? Dan, Astumaro menjawab tenang-tenang saja, percaya saja sama gue, semua aman.
Semua berkas yang perlu dilengkapi untuk pengajuan wisuda pun saya serahkan ke Astumaro serta mengisi form A dan B, juga membayar sewa toga dan lainnya. Beberapa kali diadakan pertemuan antara saya dan Astumaro dalam usaha bisa ikut wisuda bulan September ini, dan saya selalu menunggu di mobil ataupun di kantin saat Astumaro berkata akan bertemu dengan orang-orang yang mengurus ini semuanya. Saya pun sangat percaya dengan yang dikerjakan Astumaro.
H-1 wisuda, Astumaro mengabarkan bahwa saya tidak bisa mengikuti acara wisuda tersebut karena data-data yang diberikan telat 2 hari masuk percetakan, sehingga di buku wisuda tidak akan tertera nama saya. Saat ingin melamar pekerjaan, saya meminta terus ijazah saya, dan akhirnya Astumaro memberikan beberapa lembar legalisasi ijazah dan transkrip kepada saya dengan alasan ijazahnya nanti Astumaro yang pegang.
Karena saya juga terburu-buru, saya serahkan kepercayaan penuh kepada Astumaro.
Saat saya dan Astumaro sudah berbeda tempat, baru saya perhatikan nilai transkrip saya sangat jauh berbeda dengan nilai-nilai saya. Saya sampaikan via telepon ke Astumaro, mengapa ternyata nilainya jauh sekali, ada apa ini sebenarnya, dan Astumaro berkata mungkin orang-orang yang menurutnya mengurus ijazah saya yang menaikkannya. Saya berkata saya tidak mau bermasalah karena nilai-nilai ini, tolong laporan dulu ke kampus apakah tidak bermasalah.
Keesokan harinya, Astumaro berkata tidak ada masalah karena itu sama dengan yang ada di siakad saya. Tetapi kalau memang takut bermasalah, Astumaro akan melaporkan ke orang yang mengurusnya. Keesokan harinya, Astumaro berkata ya ada perbaikan, dan Astumaro memulangkan ijazah serta transkrip ke orang-orang tersebut. Sudah berbulan-bulan ijasah asli tidak juga diberikan oleh Astumaro kepada saya. Saya selalu bertanya ke mana ijazah saya dan Astumaro berkata sudah diambilnya dan siapa pun hanya diberikan legalisasinya saja. Saya melihat nilai transkrip masih berbeda dengan nilai saya dan Astumaro berkata tidak akan jadi masalah. Semuanya sudah dicek dan sama seperti nilai di siakad.
Ijazah dan transkrip asli pun tidak pernah saya lihat. Setiap saya tanyakan, jawabannya selalu ada di Astumaro. Dengan berbagai alasan, Astumaro tidak pernah memberikan ijazah asli kepada saya. Pendaftaran CPNSD 2009 sudah dibuka, saya dengan tegas meminta ijazah saya untuk melamar sebagai CPNSD. Astumaro memberikan beberapa lembar legalisasinya dengan alasan ada di rumah dan ia sedang sibuk sekali.
Tetap dengan nilai yang sama dengan nilai yang berbeda dengan nilai-nilai saya, saya pun bertanya apakah ini tidak bermasalah nantinya? Apakah ini asli? Jawaban Astumaro: ’Asli tidak bermasalah, masak gue mau ngebunuh lu!” Dan, saya pun lagi-lagi percaya. Pengumuman CPNSD saya pun diterima di Kota Bandarlampung. Saat pendaftaran ulang pun tiba, ijazah asli tetap tidak pernah di tangan saya.
Saya sibuk menghubungi Astumaro untuk segera memberikan ijazah asli kepada saya. Dengan berkelit dan banyak sekali alasan Astumaro tidak juga memberikan ijazah asli tersebut. Setelah daftar ulang, saya tetap meminta ijazah saya dan tetap tidak diberikan. Pembagian SK CPNSD dilakukan, saya tetap meminta ijazah saya dengan berbagai alasan, tetapi Astumaro tetap hanya memberikan janji tanpa memberikan ijazah asli.
Saya ditempatkan di Dinas PU dan harus melengkapi berkas dari akta kelahiran sampai fotokopi ijazah terakhir. Saya masih memiliki satu lembar legalisasi ijazah dan transkrip yang kemudian saya kumpulkan. Tetapi, saya tetap meminta ijazah saya kepada Astumaro dengan alasan harus mengumpulkan legalisasi ijazah dan menunjukkan yang asli.
Astumaro hanya memberikan legalisasinya. Ijazah aslinya nanti menyusul, jawabnya. Selasa, Februari 2010, saya dipanggil Kabid Bina Marga dan berkata bahwa dapat amanah dari Dekan Fakultas Teknik Sipil agar menghubunginya karena ada informasi bahwa saya masih berstatus mahasiswi. Saya sangat kaget dan langsung menelepon Astumaro bertanya ada masalah apa ini. Astumaro berkata nanti ia ke kampus dan menanyakan semua masalah ini.
Saya berkata saya ingin juga bertemu ibu dekan dan ingin mendengar ceritanya seperti apa. Kamis malam Jumat, saya sempat masuk rumah sakit, Astumaro berkata bahwa semua sedang diklarifikasi dan diselesaikan. Saya keluar dari rumah sakit tetapi masih sangat lemah. Astumaro selalu menghubungi dan memberikan info yang menenangkan dan meyakinkan ke saya bahwa tidak ada masalah, nanti hari Jumat saja saya harus menemui ibu dekan. Kamis pagi saya ditelepon BKD menanyakan apakah saya masih mahasiswi atau sudah lulus dan meminta ijasah asli diserahkan ke BKD karena sedang ada pemeriksaan dari BKN.
Saya langsung menelepon Astumaro meminta ijasah asli karena ingin dikumpulkan ke BKD. Astumaro berkata sudah tidak ada padanya karena sedang diurus keabsahannya. Saya bertanya, “Katanya nggak ada apa-apa lagi kak, kok jadinya ijasah gue dianggap palsu? Emang palsu? Astumaro menjawab “Nggak tau nda, semua udah pada cuci tangan dan semua barang buktinya dibumihanguskan. Saya: “Gimana bisa dibumihanguskan? Kalo ijasahkan ada nomornya, kalau hilang satu malah bermasalah, kecuali kalo ini palsu. Emang ini palsu?” Astumaro: “Mungkin....”
Saya sangat kaget dan kecewa dengan jawaban Astumaro. Setahu saya, semua Astumaro yang urus dan sangat meyakinkan. Ternyata, Astumaro pun tidak bisa memberikan keyakinan bahwa ijazah itu memang asli.”
Home
pemalsuan ijasah
Kronologis pemalsuan ijasah Anak Mantan Pj. Bupati
Post a Comment
Silahkan Anda Komentari Tulisan di blog ini, Maaf Tidak Untuk berpromosi atau dianggap spam