Selamat datang di Berita Lampung Online

Jenazah Mbah Maridjan Dikenali dari Batik dan Sarungnya

Tuesday, October 26, 20100 komentar

Berita Lampung Jenazah Mbah Maridjan Dikenali dari Batik dan Sarungnya : Mbah Maridjan ikut menjadi korban tewas karena keganasan awan panas atau wedus gembel. Jenazahnya ditemukan di rumah dalam keadaan tak bernyawa oleh relawan Tim SAR pada Rabu (27/10) 06.05 WIB di kamar mandi rumahnya dalam keadaan sujud. “Kami dapat informasi soal meninggalnya Mbah Maridjan dari tim evakuasi,” kata Trisno Heru Nugroho, Humas RSUP dr Sardjito Yogyakarta, Rabu (27/10).

Jenazah juru kunci Merapi itu saat ini masih berada di RSUP dr Sardjito untuk diidentifikasi lebih lanjut. Ia bisa dikenali diawal evakuasi dengan tanda pakaaian batik dan sarung yang dikenakan sehari-hari.

Namun, kata dia, untuk kepastian secara forensik masih dalam penanganan dokter ahli forensik RSUP dr Sardjito. Saat Tempo di lokasi kejadian, tampak rumah Mbah Marijan rusak parah, begitu pula dengan masjid yang berada di sisi kanan rumahnya. Rumah-rumah di dusun Kinahrejo rusak parah karena terjangan awan panas Merapi yang biasa diebut wedus gembel. Baca Jumlah Korban Letusan Gunung Merapi

Jasad Mbah Maridjan Jalani Tes DNA
Tim medis akan melakukan tes DNA pada jasad Mbah Maridjan. Langkah ini diambil untuk benar-benar meyakinkan bahwa korban meninggal yang ditemukan dalam posisi sujud di dapur rumah Mbah Maridjan itu benar-benar kakek 83 tahun itu.

"Kita masih menunggu tes DNA," kata Kepala Rumah Sakit dr Sardjito, Heru Krisno Nugroho, dalam jumpa pers di RS Sardjito, Sleman, Yogyakarta, Rabu (27/10/2010).

Tim medis mengambil sampel DNA dari keluarganya. "Anaknya diambil sampelnya," ujarnya. Namun Heru yakin, dengan melihat ciri fisik, jasad tersebut adalah Mbah Maridjan yang juga juru kunci atau kuncen Gunung Merapi. "Secara fisik itu sudah membuktikan ciri-cirinya dari sarung dan batik," imbuhnya.

Mbah Maridjan menetap di Dusun Kinahrejo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY. Dia menjadi kuncen Merapi atas titah Sultan HB IX (alm). Pada 2006, namanya moncer karena bersikeras enggan turun dari Merapi dengan alasan belum saatnya Merapi meletus. Ketika Merapi meletus, material letusan tidak melewati kampungnya sehingga dia selamat.
Share this article :

Post a Comment

Silahkan Anda Komentari Tulisan di blog ini, Maaf Tidak Untuk berpromosi atau dianggap spam

 
Copyright © 2011. Berita Lampung - All Rights Reserved
Template Created by Pakar Lampung Proudly powered by Blogger