![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-Bgdb51aCrJ0Z2dktOVEflIvpl6VC1Wf7doPQJxIP7jYiXNIfz0F-zmXguKfGvHljRvipUKspPmi5qH12zGHKOy-zbI7IEeWSHJsDQ59nWnLJrrnp9FznV7EL0Tk7BYENCXwB5Qx5FlvC/s320/Tugu+Parameswara+Nenek+Moyang+Malaysia+di+Palembang.jpg)
Gagasan membangun tugu Parameswara, seperti diungkapkan Djohan Hanafiah semasa hidupnya, guna menunjukkan Palembang sebagai simbol pemersatu rumpun Melayu di Nusantara. "Semua wong Melayu yang ada di Nusantara, khususnya di Malaysia, Singapura, Thailand Selatan, dan Brunei berasal dari Palembang. Mereka semua keturunan dari Parameswara dan pengikutnya, seorang panglima dari Palembang," kata Djohan.
"Jadi, jika bicara Palembang, semua wong Melayu akan sadar kita bersaudara," ujarnya.
Sebagai catatan, berkisar abad ke-14, Majapahit menyerang Palembang setelah kerajaan Sriwijaya melemah. Salah satu pangeran dan panglima perang di Palembang yakni Parameswara tidak mau tunduk kepada Majapahit. Dia pun bersama Sang Nila Utama meninggalkan Palembang. Mereka lari ke pulau Tumasik (Singapura), lalu ke Malaka.
Di sana dia membangun kerajaan, yang kini menjadi Malaysia. Ketika dia melakukan kontak dengan pedagang dari Persia, Tiongkok, dan Gujarat, yang muslim, Parameswara kemudian memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Iskandar Syah. Beberapa keturunan Parameswara dan pengikutnya diyakini pula berlari ke Brunei Pattani dan Narathiwat di Thailand Selatan.
Post a Comment
Silahkan Anda Komentari Tulisan di blog ini, Maaf Tidak Untuk berpromosi atau dianggap spam