Densus 88 Mulai Bergerak Menelusuri jaringan Islam radikal di Lampung ; Gerakan Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Markas Besar Kepolisian RI bergeser ke wilayah Lampung untuk mengejar tersangka perampokan yang diduga sebagai bagian dari jaringan teroris Medan. Kepala Divisi Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Marwoto Soeto mengatakan, pergeseran itu dilakukan lantaran Lampung merupakan jalur utama dari Sumatera menuju Pulau Jawa. "Dari Aceh ke Medan, lalu masuk ke Jawa," kata Marwoto saat dihubungi tadi malam.
Marwoto mengatakan, Densus 88 telah berkoordinasi dengan Kepolisian Daerah Lampung, yang sedang menyelidiki kegiatan jual-beli senjata ilegal. "Iya, kita akan kembangkan ke arah sana."
Namun dia mengakui, dari pemeriksaan terhadap sejumlah tersangka perampokan yang telah ditangkap, polisi belum bisa mengungkap jalur transaksi ilegal tersebut. "Tidak ada yang tahu siapa yang jual senjata, siapa yang beli."
kelompok teroris diam-diam menggarap kekuatan tersembunyi dan nyaris luput dari pantauan. Sumber dari kalangan intelijen militer itu mengatakan, Seperti di Kutip Berita Lampung Dari Tempo.com sejak penggerebekan di Aceh dan berlanjut ke Sumatera Utara, kelompok ini selalu meninggalkan jejak di Lampung. Perekrutan anggota jaringan juga gencar dilakukan di wilayah ini.
"Selain lokasinya sangat strategis, karakter warga Lampung sangat cocok untuk menyemai anggota baru," kata sumber yang sudah bertahun-tahun menelisik jaringan Islam radikal di Lampung itu kemarin.
Dia mengatakan, Lampung pernah menjadi basis gerakan Warman, faksi dari Negara Islam Indonesia yang pernah mendompleng peristiwa Talangsari pada 1989. Gerakan itu pernah subur dan berkembang di Lampung. "Mereka saat ini masih gencar menyusup ke gerakan-gerakan Islam dan semua lini profesi."
Bersamaan dengan penyergapan di Medan, Detasemen Khusus 88 menangkap empat warga Bandar Lampung yang diduga terlibat kasus perampokan Bank CIMB Niaga Medan, beberapa waktu yang lalu. Keempatnya dicokok di tiga tempat berbeda.
Mereka adalah Wahono alias Bawor, 30 tahun, yang ditangkap Sabtu lalu. Setelah itu, berturut-turut disergap Hendri Susanto, 35 tahun, Heri Kuswanto (25), dan Anton Sujarwo (35), sehari berikutnya. "Polisi menggerebek rumah kami dengan terlebih dahulu memadamkan aliran listrik," kata Suratmo, ayah Hendri dan Heri, kemarin.
Menurut Suratmo, proses penangkapan kedua anaknya berlangsung hanya 15 menit. Sekitar 10 polisi berseragam serba hitam dan bersenjata lengkap membekuk Heri dan Hendri. "Mereka kemudian mengikat kedua tangan anak saya dengan lakban dan menyeret ke dalam mobil yang telah menunggu di ujung gang," kata dia.
Dari rumah itu, polisi menyita telepon seluler, laptop, dan sebilah pisau bayonet milik kedua tersangka. Keesokan harinya, surat berita penangkapan baru diterima pihak keluarga.
Suratmo mengakui kedua anaknya berteman akrab dengan Bawor. Menurut sumber Tempo, dari Bawor-lah meluncur ketiga nama itu. "Dan kami memang sudah berbulan-bulan memantaunya," kata dia.
Kepala Kepolisian Daerah Lampung Brigadir Jenderal Sulistyo Ishak enggan berkomentar soal pergeseran perburuan dan penangkapan teroris itu. "Semuanya diserahkan ke Mabes Polri dan menjadi wewenang Kepala Divisi Humas Mabes Polri," kata dia.
Post a Comment
Silahkan Anda Komentari Tulisan di blog ini, Maaf Tidak Untuk berpromosi atau dianggap spam