Pernyataan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak Soal Lemparan Tinja ke Kedubes ; Sebelumnya Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Seri Anifah Aman mengancam Indonesia, kini giliran Perdana Menteri Datuk Seri Najib Tun Razak mengungkapkan kekecewaannya. Ini serangan diplomasi kedua yang dilancarkan negara jiran itu.
"Perdana Menteri sangat kecewa. Menurutnya, (melempar tinja ke Kedubes Malaysia) itu salah," ujar Menlu Anifah mengutip PM Najib usai pertemuan kabinet, kemarin, seperti dilansir kantor berita Bernama.
Dalam pertemuan itu, Anifah yang diwawancari usai menerima delegasi Duta Belia 2010 Indonesia di Wisma Putra itu berkata pemerintahnya sepakat untuk segera memecahkan masalah ini. Ia juga meminta rakyat Malaysia untuk sabar dan rasional, dengan tidak melakukan hal serupa.
Sehari sebelumnya, Menlu Anifah mengatakan pihaknya meminta Jakarta menganangani demo anarkis sebelum Malaysia habis kesabaran. Pernyataan ancaman ini, dalam dunia diplomasi, bisa dikatakan sangat keras. Pemerintah Malaysia sebelumnya jarang mengeluarkan kecaman, apalagi ancaman, terkait ketegangan dengan Indonesia.Dengan demikian pernyataan menlu lalu diteruskan dengan pernyataan perdan menteri bisa ditafsirkan sebagai sinyal kuat untuk Jakarta bahwa Malaysia tidak main-main dengan ancamannya.
Malaysia Melawan kepada Indonesia
Ada kesan bahwa Malaysia yang selama ini mengalah, untuk tidak mengatakan takut, kini memperlihatkan sikap malawan kepada Indonesia. Perlawanan negara tetangga itu ditunjukkan oleh pernyataan Menlu Malaysia Datuk Seri Anifah Aman dalam jumpa pers kemarin. Konon, kemarahan Menlu Malaysia itu akibat adanya demo yang melempar tinja ke kedubes Malaysia di Jakarta oleh aktivis LSM Bendera.
Coba perhatikan kalimat Menlu Malaysia ini, "Indonesia harus melakukan sesuatu guna memastikan unjuk rasa bisa dikendalikan, sebelum Malaysia kehilangan kesabaran." Dalam dunia diplomasi, pernyataan itu amat keras. Dan, dalam konteks Malaysia, itu pernyataan keras yang mungkin kali pertama yang ditujukan ke Indonesia dalam sejarah panjang hubungan bertetangga kedua negara.
Atau bisa dikatakan itu adalah pernyataan melawan Malaysia sejak konfrontasi kedua negara di jaman orde lama. Tidak hanya mengeluarkan pernyataan keras, kemarin, Menlu Datuk Anifah malah memanggil Deputi Misi Kedutaan Besar RI di Kuala Lumpur Tatang B Razak ke Wisma Putra. Dalam pertemuan itu, Menlu Malaysia mengecam provokasi dan segala macam cemoohan terhadap negaranya.
Harus kita tekankan di sini bahwa unjuk rasa ini (pelemparan kotoran ke kantor kedutaan Malaysia di Jakarta) merupakan tindakan tidak terhormat yang melukai Malaysia. Tindakan tersebut seakan menantang kedaulatan Malaysia. pelemparan kotoran tinja itu merangsang Malaysia untuk melawan, nampaknya.
Kini hubungan Indonesia-Malaysia kembali memanas, diawali dengan penangkapan tiga petugas DKP, kemudian terungkapnya data ancaman hukuman mati terhadap 345 WNI di Malaysia. Juga perselisihan batas wilayah yang tidak kunjung selesai. Soal wilayah negara, Indonesia-Malaysia pernah terjadi konfrontasi selama sekitar 4 tahun (1962-1966).
Menanggapi ketegangan RI-Malaysia itu, Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Malaysia menyayangkan terhadap aksi demontrasi di kedubes yang di lempari tinja oleh para demonstran. Hal tersebut menambah semakin menambah memperkeruh memperkeruh situasi hubungan Indonesia-Malaysia yang dipicu kasus penangkapan petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan oleh Polisi Marin Malaysia.
PPI sangat menyayangkan aksi massa beberapa waktu lalu di depan kedutaan besar Malaysia di Jakarta yang tidak mencerminkan nilai-nilai dan jati diri budaya bangsa Indonesia. Wajar jika PPIM meminta agar pemerintah Indonesia mengambil tindakan segera atas insiden yang memalukan di depan kedutaan Malaysia tersebut. PPIM juga meminta agar media-media di Indonesia lebih objektif dalam menyampaikan laporan yang berkaitan dengan hubungan baik Indonesia-Malaysia.
Kita berharap, ketegangan RI-Malaysia bisa diredam tanpa harus menempuh jalan kekerasan atau perang. Indonesia-Malaysia sebagai tetangga, boleh saja bercekcok dengan kata-kata, namun jangan ada pemakaian senjata atau kekerasan fisik militer.
Konfrontasi militer kedua Negara harus dicegah dan tak perlu terjadi, sebab duduk perkara kedua Negara bisa diatasi dengan diplomasi. Ingat ada 3-4 juta TKI kita di Malaysia, legal dan illegal. Ini perlu kita renungkan bersama.
Post a Comment
Silahkan Anda Komentari Tulisan di blog ini, Maaf Tidak Untuk berpromosi atau dianggap spam