
Seakan takut melihat kedatangan orang yang tidak dikenali. Meskipun kondisi fisiknya masih lemah. Putri tertua, buah hati Philipus, 40 itu tetap memaksakan diri menghindar dan enggan bicara. Dia hanya bisa menatap kosong sambil membelakangi tamu. Ayahnya sendiri, Philpus terpaksa merelakan kejiwaan Astuti berubah.
Hal yang berbeda sebelum berangkat menjadi tenaga kerja.Philipus menceritakan, Astuti bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia selama delapan bulan. Tetapi siapa nama majikan anaknya tak diketahui secara persis. Mula keberangkatan Astuti merantau dibawa kakak sepupunya, yang telah menjadi warga negara Malaysia karena ikut status suaminya. “Sepupunya menikah dengan orang Malaysia,” kata Philipus.
Menurut Philipus, kedua telapak tangan anaknya mengalami luka bakar karena kena panas strika. Jumlah gigi telah dalam keadaan tidak utuh lagi. Dengan nada parau, bapak tiga anak ini menuturkan, Astuti hanya sedikit bercerita kepadanya. Penderitaan lain yang Astuti alami dikurung majikan di toilet. “Kakinya direndam air es,” ujar Philipus. Diperkenankan keluar toilet saat majikan ingin mandi. Usai majikan mandi berarti Astuti mesti kembali ke toilet.
Sementara untuk makan, miris jika mendengar cerita Philipus. Sebab asupan makanan yang Astuti peroleh dari majikan adalah nasi campur garam. Sementara anaknya tak mampu menolak. “Jika menolak akan terus dipaksa sampai mau,” ujar Philipus. Dia menambahkan anaknya bisa kembali ke tanah air, majikan yang mengantar. Dengan mengantar hanya sampai di terminal Entikong. Tanpa menerima pesangon maupun gaji. “Majikan cuma mengantar habis itu udah. Kondisi anak saya saat itu kondisinya sangat lemah. Langsung dibawa ke Puskesmas terdekat. Sebelum dirujuk ke sini (Soedarso),” kata Philipus.
Post a Comment
Silahkan Anda Komentari Tulisan di blog ini, Maaf Tidak Untuk berpromosi atau dianggap spam