Berita Lampung Jumlah Penderita AIDS di Lampung Meningkat ; Jumlah penderita AIDS di Provinsi Lampung pada berbagai komunitas seperti pengguna narkoba, kalangan transgender(waria), dan pekerja seks komersil (PSK), cukup tinggi.
"Kalau dilihat secara makro, mungkin Lampung termasuk ke dalam kategori aman dari ancaman AIDS, namun apabila diteliti dan dilihat pada beberapa komunitas rentan HIV, jumlah pengidap HIV di provinsi ini termasuk tinggi," kata Kepala Bagian Terapi dan Rehabilitasi Badan Narkotika dan Penanggulangan HIV/AIDS Lampung, Heri Djoko Subandrio, di Bandarlampung, Minggu (18/7).
Jumlah penderita penyakit di Lampung, berdasarkan pelaku pengobatan klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Moeloek, sejak 2002 hingga saat ini berjumlah 244 penderita, dan 22 orang pada 2010 saja.
Sementara itu, berdasar pendampingan dari Saburai Suport Club, sebuah komunitas yang peduli terhadap penyakit ini, jumlah penderita AIDS di Lampung mencapai 247 penderita.
"Lebih dari 80 persen yang kami data adalah pengguna narkotika yang menularkan virus HIV melalui penggunaan jarum suntik secara bersama-sama," kata dia.
Dia menambahkan, hampir 60,1 Persen dari penderita HIV AIDS yang berdomisili di Lampung tersebut berada pada usia produktif dengan rentan antara 20-29 tahun.
"Sementara 30,1 persennya berusia antara 30-39 tahun," kata dia. Untuk saat ini, lanjutnya, jumlah pengidap HIV terbanyak masih berasal dari kalangan pengguna narkoba dan wanita pekerja seks.
"Berdasar hasil penelitian Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Pusat, untuk saat ini, pengidap virus HIV terbanyak berasal dari golongan tersebut," kata dia.
Meski demikian, fenomena berbeda akan terjadi pada 2014-2010, yaitu terjadi pergeseran kelompok masyarakat yang menjadi penderita HIV tertinggi.
"Pada priode 5-10 tahun mendatang, pengidap virus HIV lebih banyak berasal dari golongan Waria, gay, dan pelanggan PSK," kata dia. Untuk memotong garis penularan virus HIV, KPA melakukan gerakan pencegahan dengan meningkatkan kampanye tentang bahaya HIV.
"Kami memanfaatkan teman-teman dari kalangan komunitas yang rentan terhadap penularan virus ini untuk membantu kampanye," kata Heri. Beberapa komunitas yang menjadi mitra KPA dalam kampanye tersebut adalah komunitas mantan pengguna narkoba, komunitas transgender (waria), komunitas pekerja seks komersil, dan komunitas Gay.
"Tidak mungkin kalau kami terjun langsung, kemudian berkomunikasi dengan golongan-golongan tersebut tentang HIV, diperlukan semacam 'duta ' untuk berbicara dengan mereka," kata dia.
Pola itu, menurut Heri, efektif untuk meredam penyebaran HIV, sehingga penyebaran virus tersebut pada komunitas yang rentan HIV dapat diredam. "Kami sangat sadar, jumlah pengidap HIV itu seperti fenomena gunung es, masih banyak pengidap yang tidak terlacak, oleh sebab itu, bantuan dari teman-teman komunitas sangat membantu untuk melacak keberadaan Orang Dengan HIV AIDS (ODHA)," pungkasnya
Post a Comment
Silahkan Anda Komentari Tulisan di blog ini, Maaf Tidak Untuk berpromosi atau dianggap spam