Berita Lampung Debat kandidat calon gubernur Jambi yang kembali digelar KPU, semalam, berjalan menarik dibandingan dengan pelaksanaan debat sebelumnya. Pasalnya, dalam debat kali ini, kandidat lebih banyak diberi kesempatan oleh panelis mengajukan pertanyaan secara langsung kepada kandidat lainnya.
Bahkan, empat kandidat yang kesemuanya merupakan kepala daerah, saling sindir satu sama lain selama debat berlangsung.
Sindiran dimulai dengan masalah sengketa batubara antar perusahaan yang terjadi di Bungo. Isu ini dilemparkan cagub nomor urut 2 HBA kepada cagub nomor urut 1 Zulfikar Achmad (ZA).
Namun dalam kesempatan itu, ZA mengatakan, bahwa sengketa itu terjadi antar perusahaan, dan bukan antar perusahaan dengan masyarakat.
“Dan yang mengeluarkan izin terhadap perusahaan baturaba itu adalah pemerintah pusat, jadi bupati tidak bisa banyak berbuat. Tapi kalau izinya saya yang mengeluarkan, pasti saya selesaikan,” jawab ZA.
Sindiran lain, dalam debat yang dipandu oleh Prof Rozali Abdullah ini adalah ketika ZA mempertanyakan sikap Safrial selama menjadi Bupati Tanjabar yang jarang hadir dalam rapat bersama Gubernur Jambi dan lebih banyak pergi ke Jakarta.
“Selama ini, mengapa kawan selalu ke Jakarta, apa kerjo kawan di Jakarta tu? Bagaimana nanti kalau jadi gubernur, kami sulit bertemu,” tanya ZA menggunakan logat Jambi.
Safrial secara tegas, menyatakan siap selalu berada di Jambi ketika nantinya menjadi Gubernur.
“Saya selalu melihat setiap undangan yang ada, kalau undangan itu menyangkut masalah hukum, saya kirim bagian hukum, kalau masalah infestasi, saya kirim Dispenda saya. Kita inikan pejabat politik, dan kita punya staf-staf yang ahli. Kalau saya sendiri yang datang, saya juga tidak nyambung. Tapi kalau saya jadi gubernur, saya pastikan, saya akan lebih banyak di Jambi,” ungkapnya.
Sementara itu, dalam sesi debat yang pertama, kandidat memaparkan visi-misinya dalam bidang hukum, pemerintahan dan politik.
ZA menitikberatkan pada penyelesaian sengketa tanah, dan penyelsaian masalah hukum lebih cepat. HBA memprioritaskan masalah politik dalam hal kesetabilan politik dan pembinaan parpol-parpol. sementara dalam bidang pemerintahan HBA memfokuskan perbaikan birokrasi dan pemberian tunjangan TKD. dalam bidang hukum HBA memprogramkan pembentukan tim penyelesaian konflik sengketa.
MM menjanjikan adanya tata kelola pemerintahan yang baik, transparansi dan penyederhanaan birokrasi. sementara itu, Safrial menitikberatkan pada penegakan supremasi hukum.
Pertanyaan juga dilontarkan Safrial kepada HBA, yakni terkait infrastruktur. Menurut Safrial, permasalahan pembagunan Jambi ini adalah buruknya infrastruktur, sementara dana yang dimiliki sangat minim.
HBA menjawabnya dengan menyodorkan beberapa solusi, yakni mencari investor, dan melakukan pendekatan kepada pemerintah pusat.
“Kebetulan saya diusung oleh Demokrat yang saat ini sedang berkuasa, saya akan tuntut Demokrat, karena dia partai yang mengusung saya, tentu dia juga harus membantu dalam membangun Jambi ini,”ungkapnya
Namun, hal itu tidak bisa dijadikan barometer bagi masyarakat, bahwa yang terbaik dalam debat akan menjadi yang terbaik dalam memimpin.
Menurut pengamat politik Jambi, Navarin Karim, debat menjadi ajang pencitraan para kandidat, sehingga kandidat berupaya menjawab semua pertanyaan dengan jawaban se ideal mungkin.
“Mereka menjawab semua pertanyaan secara sitematis, namun tentunya dalam prakteknya nanti, sulit untuk se ideal sesuai dengan yang disampaikan dalam debat,” ungkap Navarin.
Namun demikian, jika apa yang disampaikan itu benar-benar dilakukan oleh para kandidat dikemudian hari. Tentu akan menjadi sangat positif bagi masyarakat.
Lebih jauh, dikatakan dosen Stipol NH ini, secara kualitas, para kandidat punya kelebihan dan kelemahan masing-masing dalam debat malam tadi.
HBA, sebut Navarin, unggul karena lebih sistematis dalam menjawab setiap pertanyaan.
“Dia menjawab dengan memaparkan beberapa poin, dan dijelaskan secara tersetruktur,”ungkapnya.Demikian juga dengan MM, yang memaparkan secara hati-hati semua jawaban.
“Dan semua jawaban dia menjadi terarah,” lanjutnya.Sementara itu, Safrial, lebih menonjolkan latarbelakang dia sebagai dosen yang pendidikannya mencapai S3.
“Dia lebih banyak menyebutkan kata-kata asing, dibandingkan kandidat lainnya,”jelas Navarin.Dilain pihak, ZA, meski kurang tersetruktur, namun jawabannya lebih pragmatis.
“Dan untuk kalangan masyarakat, itu lebih bisa diterima. Apalagi dia mencoba berbicara dengan bahasa Jambi,” tukasnya.
Home
pilkada jambi
Debat kandidat calon gubernur Jambi yang kembali digelar KPU
Post a Comment
Silahkan Anda Komentari Tulisan di blog ini, Maaf Tidak Untuk berpromosi atau dianggap spam