Selamat datang di Berita Lampung Online

Kumpul Kebo Bertahun punya anah usia 10 bulan dan kandungan 6 bulan

Wednesday, May 19, 20100 komentar

Berita Lampung Kumpul Kebo Bertahun punya anah usia 10 bulan dan kandungan 6 bulan : Kumpul kebo dalam arti hidup bersama dan melakukan hubungan seksual tanpa menikah, merupakan fenomena yang sangat biasa dan dimaklumi secara kultural di negara-negara barat. Bagaimana dengan kumpul kebo di Indonesia? Rupa-rupanya kultur Indonesia tetap memandang kumpul kebo sebagai tabu. Norma-norma Indonesia tidak menyediakan ruang bagi kumpul kebo. tapi tidak dengan kisah kumpul kebo mahasiswi di Medan yang satu ini, seperti di kutip berita lampung dari posmetro medan. berikut kisahnya.

Jujur saja, rasanya hati ini terlalu berat untuk menguraikan perjalanan hidupku yang sekarang ini tak tentu haluan. Aku terus terombang-ambing ke hulu hilir tanpa arah pasti sambil mengendong anakku yang masih berusia 10 bulan. Disaat aku bingung mengendong anakku tadi kesana kemari, aku harus pula memikirkan si buah hatiku yang ada didalam kandungan. Yah… dirahimku kini ada janin yang sekarang telah berusia 6 bulan, dan dalam hitungan bulan lagi ia akan lahir ke dunia yang bergelimang dosa ini.

Semuanya adalah hasil perbuatanku bersama Bang Rahmad. Selama bertahun-tahun aku hidup bersama dengannya alias kumpul kebo. Demi lelaki itu, aku rela meninggalkan bangku kuliah dan hidup bagai suami istri tanpa ikatan pernikahan. Tapi kini Bang Rahmad mencampakkanku. Dia sudah tak perduli lagi keadaanku dan anak dari benihnya sendiri

Bebanku saat ini, aku tidak memiliki tempat tinggal dan penghasilan yang dapat menghidupi kami. Aku benar-benar bingung, memang aku telah berupaya untuk mencari pekerjaan, tapi siapa yang mau menerimaku bekerja dalam kondisi perut membuncit seperti sekarang ini ditambah anak yang masih kecil. Memang aku punya keluarga besar, tapi aku tak mungkin lagi kembali ke pangkuan mereka, sebab aku telah mengecewakan harapan kedua orang tuaku yang bersusah payah mendanai segala keperluanku selama kuliah di Medan.

Semua ini memang salahku karena telah berani mengingkari pesan dan amanah kedua orang tua untuk kuliah sungguh-sungguh selama berada di perantauan. Kepercayaan ayah dan ibu kusia-siakan, malah aku memilih meninggalkan kuliah ketika memasuki semester tiga dan mengikuti perasaan menjalin hubungan tanpa status dengan seorang pria yang selama ini kuanggap “ Arjuna” rupanya bagai Rahwana si penjahat cinta. Lelaki inilah yang menghancurkan hidupku.

Setelah aku dicampakkan oleh keluarga, dia pula menyiakan-nyiakan aku. Pengalaman pahit ini memang sengaja kubeberkan untuk berbagi pengalaman semoga dapat dijadikan tauladan kepada kaum hawa agar tidak mendahulukan ego sendiri.

Ceritaku berawal saat aku menginjakkan kaki ke Kota Medan yang telah berjuluk Kota Metropolitan. Sebenarnya aku kelahiran Rantau Prapat, tapi sejak kecil aku telah diboyong pindah oleh orang tuaku ke Lampung. Sejak itulah aku dibesarkan di Kota Gajah itu. Usai menamatkan sekolah di salah satu SMU di Lampung, aku berniat melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah.

Keinginanku tadi didukung penuh oleh kedua orang tuaku serta saudaraku yang lain. Intinya, asal aku sungguh-sunguh, orang tuaku siap menanggung biaya selama kuliah. Setelah musyarah keluarga, aku akhirnya dimasukkan ke salah satu perguruan tinggi (PT) di Medan. Di universitas ini, aku mengambil jurusan Akuntansi. Di tahun-tahun pertama aku kuliah, aku masih baik-baik saja. Meski jarang bertemu muka dengan semua keluarga, tapi kami sering berkomunikasi melalui handphone dengan mereka. Memasuki 2007, menginjak semester tiga, aku mengenal seorang pria. Waktu pertama berkenalan dengannya, jujur aku katakan tidak ada yang begitu istemewa darinya . Tapi setelah sering berkomunikasi dan saling tukar pikiran, aku merasa lelaki yang baru kukenal tadi orangnya begitu baik dan selalu perhatian denganku. Lamat-lamat tanpa aku sadari, jauh didalam hati kecilku menaruh rasa lain kepadanya. Dia mengaku bekerja sebagai sopir bus Medan Jaya lintas Medan-Jakarta.

Meski profesinya hanya seorang sopir bus, tapi aku tidak pernah mempersoalkan itu. Bagiku dia sosok lelaki yang rajin bekerja, bertanggung jawab dan baik hati. Mungkin karena pertimbangan itu tadilah aku akhirnya jatuh ke pelukannya. Aku begitu terbuai dengan mimpi-mimpi indahku hidup bersama lelaki itu, hingga aku lupa akan cita-cita awal yakni berkuliah. Sangkin butanya mata hati ini, aku rasanya tidak sanggup lagi berpisah dengan lelaki itu barang semenitpun.

Oleh sebab itulah sewaktu dia mengajakku pergi ke Jakarta dan menetap sementara di sana. Aku setuju dan meninggalkan bangku kuliah. Aku sudah tidak memikirkan lagi kuliahku. Uang kuliah yang dikirim setiap bulannya oleh orang tua kupergunakan buat belanja dengan kekasihku ini. Ketika berada di Jakarta, kami menyewa rumah. Kami hidup bagaikan pasangan suami istri yang telah resmi menikah. Aku benar-benar telah mabuk dibuatnya. Sangkin hotnya, perutku pun mulai mual. Aku hamil. Meski sempat cemas, namun ketakutan itu segera terobati begitu Bang Rahmad bilang dia akan bertanggung jawab dan segera menikahiku.

Mendengar kata menikah mungkin aku wanita yang paling bahagia ketika itu. Terbayang dibenakku keluarga kecil yang sebentar lagi terbina indah. Tapi, ketika janji menikah kutanyakan lagi kepastiannya, Bang Rahmad mulai berkelit dengan mengatakan “sabar” . Yakin akan janjinya, aku terus menunggu saja hingga ahirnya anak yang ada di rahimku lahir. Bayi laki-laki yang tak berdosa hasil hubungan terlarang kami tersebut, kuberi nama Rizki Zakariansyah. Sejak kelahiran anak kami tadi, sikapnya pun berubah.

Bang Rahmad mulai ringan tangan hingga aku kerap mendapat siksaan. Disebabkan sesuatu masalah dengan perusahaan tempatnya bekerja, ayah dari anakku itupun diberhentikan dari perusahaan tempatnya bekerja. Karena sudah tidak punya pekerjaan lagi, ia lalu mengajakku pergi Ke kawasan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat. Di kota dodol ini aku disewakan rumah olehnya. Tapi sejak itu sikapnya kian kasar, ia mulai suka main pukul dan tendang.

Malah tanggung jawabnya sebagai seorang ayah tidak pernah ia tunjukkan, pernah aku meminta uang buat jajan anak yang masih balita, aku ditendangnya didepan umum. Aku benar-benar tersiksa dibuatnya. Padahal, demi dirinya aku telah mengorbankan segalanya, mulai meninggalkan kuliah, hingga meninggalkan keyakinan yang kuanut bersama keluargaku, demi dirinya.

Aku benar-benar tak sanggup lagi menanggung semua ini. Aku tak punya pilihan lain, kuberanikan diri menghubungi orang tuaku dan menceritakan semua yang terjadi. Awalnya keluargaku marah besar. Mereka sangat kecewa dengan ulahku, tapi akhirnya mau memaafkanku asal aku mau kembali dan tidak mengulangi kesalahan lagi. Ketika aku berniat pulang kepangkuan orang tuaku, Bang Rahmad memohon agar aku tidak meningalkannya. Dia berjanji akan menebus semua kesalahan dan kesilapannya. Mendengar rayuan yang begitu manis, aku terbuai. Aku akhirnya membatalkan pulang ke kampung halaman. Walaupun orang tuaku telah berulang kali mengingatkan agar segera pulang, tapi aku tetap bertahan.

Sikapku yang bandel tadi ahirnya menyusahkan diriku sendiri. Kini aku hamil lagi, usia kandunganku sudah 6 bulan, sedangkan anak pertamaku masih berusia 10 bulan. Mengetahui diriku hamil lagi, orang tuaku marah besar dan menolak menerimaku. Aku makin tertekan.

Deritaku semakin bertambah setelah aku mengetahui Bang Rahmad ternyata sudah memiliki istri dan anak. Setelah memperoleh kerja sebagai sopir angkutan KPUB jurusan Medan-Aceh, dia pun tak lagi memerdulikanku. Padahal aku hanya minta dinikahi saja dan dibantu biaya anaknya sekaligus tempatku nantinya melahirkan. Tapi Bang Rahmad sudah tidak mau perduli lagi. Aku sudah tidak tau lagi mau kemana membawa diri ini, disini aku tidak punya keluarga di Kota Langkat ini. Sementara untuk kembali kepangkuan keluarga aku sudah tidak diterima lagi oleh mereka. Kini aku terdampar di Kantor Pemberdayaan Perempuan, Langkat. Beruntung masih ada orang yang mau peduli dengan nasibku ini dengan memberikan tumpangan bermalam. Aku tak tau sampai kapan berada di tempat ini. Setiap malam aku berdoa, memohon ampun kepada Tuhan, ayah dan ibu agar membuka pintu maafnya untukku
Share this article :

Post a Comment

Silahkan Anda Komentari Tulisan di blog ini, Maaf Tidak Untuk berpromosi atau dianggap spam

 
Copyright © 2011. Berita Lampung - All Rights Reserved
Template Created by Pakar Lampung Proudly powered by Blogger