Selamat datang di Berita Lampung Online

Pemerintah Belum Pahami Pluralisme Gus Dur

Sunday, January 3, 20100 komentar

Pemerintah Belum Pahami Pluralisme Gus Dur, Meski mengakui sosok Abdurrahman Wahid--yang akrab disapa Gus Dur--sebagai pejuang pluralisme, orang-orang di pemerintahan belum sepenuhnya memahami pluralisme seperti yang disuarakan Gus Dur.

"Pemerintah belum memahami makna sesungguhnya dari pluralisme yang didengungkan dan selalu diperjuangkan Gus Dur semasa hidupnya," kata mantan Ketua PP Muhammadiyah Syafii Maarif, Jumat (1-1). Gus Dur meninggal pada Rabu (30-12) dan dimakamkan di kompleks Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jatim, pada Kamis (31-12). Pemakaman mantan Presiden itu dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Sekalipun pluralisme telah lama diperjuangkan, kata Syafii, masyarakat Indonesia belum begitu toleran terhadap pluralisme, juga pemerintahan. "Umat Islam pun masih dalam tataran kurang bisa menerima pluralisme. Fatwa-fatwa haram yang dikeluarkan MUI (Majelis Ulama Indonesia) bisa menunjukkan itu," kata Syafii yang biasa disapa Buya itu.

Menurut guru besar IKIP Yogyakarta itu, polisi, jaksa, dan menkominfo adalah pihak-pihak yang memegang peranan penting dalam memahami makna dari pluralisme itu. "Sehingga mereka dapat bertindak lebih tepat terhadap perbedaan pendapat yang terjadi di masyarakat," ujarnya.

Pendapat senada dikemukakan Sekretaris Eksekutif Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Benny Susetyo. Menurut dia, ide besar yang ditinggalkan Gus Dur adalah penghargaan terhadap perbedaan suku, keyakinan, dan agama. Tetapi penghargaan terhadap pluralisme belum sepenuhnya.

"Kelompok minoritas di Indonesia belum mendapatkan hak dan kebebasan menjalankan keyakinannya setara dengan mayoritas," kata Benny.Lieus Sungkarisma, salah satu tokoh etnis Tionghoa, mengatakan warisan terbesar Gus Dur adalah memosisikan keberagaman dengan landasan kesetaraan.

Hal yang paling dirasakan oleh etnis Tionghoa adalah ketika pertama kalinya di masa permerintahan Gus Dur seluruh adat istiadat dan budaya China tampil secara bebas di masyarakat tanpa takut. "Gus Dur itu sosok separuh dewa bagi orang Tionghoa," ujar Lieus, kemarin.

Sementara itu, ribuan pelayat dari berbagai daerah kemarin masih memadati makam Gus Dur di kompleks pemakaman keluarga Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.Sholahudin Wahid, adik kandung Gus Dur, mengatakan makam Gus Dur terbuka untuk umum tanpa dibatasi. Bahkan pihak keluarga tidak akan menyerahkan pengelolaan makam Gus Dur ke negara karena khawatir keluarga dan masyarakat akan sulit mengakses ke makam itu.

"Makam ini terbuka untuk siapa pun dan dibuka 24 jam sehingga siapa pun bisa mengakses untuk berziarah," kata dia
Share this article :

Post a Comment

Silahkan Anda Komentari Tulisan di blog ini, Maaf Tidak Untuk berpromosi atau dianggap spam

 
Copyright © 2011. Berita Lampung - All Rights Reserved
Template Created by Pakar Lampung Proudly powered by Blogger