Bicara sastra Lampung pada dasarnya tidak banyak ragamnya perbedaannya hanya terletak pada lagu, Isi, Tujuan dari dari daerah asal sastra itu, oleh karena itu saya bisa katakana bahwa sastra Lampung merupakan suatu ungkapan Batin dari si pencipta, sastra lampung sama halnya dengan sastra Indonesia yang terbagi dari Liris dan Puisi, sedangkan bentuk Prosanya dalam sastra lampung menurut Raja Perbasa Adalah Wawakhan.
Bentuk Prosa Liris disajikan dalam bentuk karangan prosa atau karangan bersajak, yang penyampaiannya menggunakan lagu tertentu yang mengundang emosii audien (pendengar), sedangkan bentuk puisi bersajak mempunyai irama tertentu dalam penyampaiannya sehingga pendengar terbuai hanyut dalam kesedihan atau kegembiraan, bentuk puisi ini dapat dibagi menjadi dua bagian berdasarkan jumlah bait dari setiap bentuk puisi, yaitu ;
1. Berbait tunggal, puisi ini paling banyak 4 baris, yang termasuk dalam berbait tunggal adalah ; 1, Segata, 2. Adi-adi 3. Tatundin, 4. Seganing/Tateduhan, 5. Sasikun.
2. Berbait Ganda, bait pada segata ini baitnya tidak terbatas atau tidak ada ketentuan jumlahnya, alias Sagata Tijang. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah ; Wawancan/Butetah, Bandung/Wayak, Papancokhan, Hahiwang, Talibun, Pisaan, Ringget, Ngadio, Ngakhantau, Pantun Klasik, Pantun Karenceng, Pantun sanak Ganta.
Post a Comment
Silahkan Anda Komentari Tulisan di blog ini, Maaf Tidak Untuk berpromosi atau dianggap spam